10 Pelaut Indonesia Diculik Abu Sayyaf di Perairan Filipina
30 Maret 2016Sepuluh pelaut Indonesia diculik di perairan Filipina selatan. Pelakunya diduga kuat berasal dari kelompok militan Islam Abu Sayyaf, yang dikenal sering melakukan penculikan untuk mendapat uang tebusan.
Pembajak diperkirakan membajak kapal motor Braghma 12 dan tongkang Anand 12 hari Sabtu lalu (26/03). Perusahaan pemilik kapal menerima panggilan telpon dengan tuntutan uang tebusan sebensar 50 juta peso, atau senilai 14,3 milir Rupiah.
Militer Filipina mengatakan, informasi awal menunjukkan para pelaut mungkin telah diculik faksi Abu Sayyaf di Pulau Sulu, pulau terpencil di selatan Filipina yang disebut-sebut menjadi tempat persembunyian kelompok militan itu.
Abu Sayyaf adalah kelompok militan Islam Filipina yang sering melakukan aksi Islam pemboman dan penculikan. Kelompok itu beberapa tahun lalu menyatakan masuk dalam jaringan teroris ISIS. Abu Sayyaf antara lain pernah menculik dua warga Kanada dan Norwegia dan menuntut pembayaran uang tebusan sampai bulan April mendatang.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan, para penculik pelaut Indonesia juga menuntut uang tebusan, namun menolak menyebutkan berapa tingginya tuntutan uang tebusan itu.
"Prioritas kami adalah keselamatan sepuluh warga Indonesia yang disandera, kami akan terus bekerja keras untuk menyelamatkan mereka," Retno Marsudi kepada wartawan. Menlu menegaskan ia terus berhubungan dengan rekannya dari Filipina.
Militer Filipina mengatakan kapal tunda Brahma 12 telah ditemukan dalam keadaan kosong di laut dan telah dibawa ke pelabuhan di kepulauan Tawi-Tawi, tidak jauh dari Sulu.
Tahun lalu para militan Abu Sayyaf memenggal kepala seorang pria Malaysia setelah menculiknya dari sebuah restoran tepi pantai di negara bagian Sabah, Malaysia. Seorang wanita Malaysia yang diculik bersama dengan dia dibebaskan, menurut berita media setelah uang tebusan dibayar.
Pemerintah Filipina telah berulang kali menegaskan, mereka menerapkan politik no payment, artinya "tidak membayar uang tebusan". Tapi beberapa negara asing yang warganya pernah disandera Abu Sayyaf diberitakan membayar uang tebusan.
Oktober 2014 Abu Sayyaf mengklaim menerima uang tebusan sekitar 250 juta peso (US$ 5.300.000) dalam pertukaran dua sandera warga Jerman yang disekap sampai enam bulan.
Indonesia telah membantu Filipina merintis kesepakatan gencatan senjata dengan beberapa kelompok pemberontak Muslim Filipina, dan mengirim kontingen pasukan perdamaian internasional yang memantau kesepaktaan gencatan gencatan senjata. Gerakan separatis di Filipina terpecah-pecah dalam beberapa kelompok., yang punya strategi berbeda-beda untuk mencapai tujuannya.
hp/ap (rtr, ap, kompas.com)