2012: Tahun Sulit buat Cina
3 Januari 2012Musim gugur lalu, data-data ekonomi Cina mengalami masa-masa yang menyedihkan. Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, produksi industri menyusut. Ekspor melambat, dan inflasi tetap tinggi meski agak sedikit turun menjadi 4,2 %.
Tahun baru ini, kelihatannya tak akan menjadi lebih baik. Di atas semua itu, krisis utang di Eropa, yang merupakan partner dagang utama Cina, membuat Beijing cemas. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Cina tahun 2012 akan sebesar 8,4 %. Ini akan menjadi yang terendah dalam sepuluh tahun terakhir.
Kepala ekonom Bank Industri di Shanghai, Lu Zhengwei, tidak begitu pesimis, meski ia cemas "Saya melihat perkembangan Cina tahun ini agak positif. Meski akan ada beberapa tantangan. Saya pikir pertumbuhan ekonomi akan berkisar mendekati 9 %, sedikit lebih rendah dibanding tahun lalu. Ekonomi masih akan stabil selama tidak banyak perubahan dalam kebijakan pemerintah. Yang mengkhawatirkan saya adalah pasar real estate dan nilai tukar yuan”.
Harga properti di Cina kini mulai turun, setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan yang berbahaya. Kalau gelembung pecah, maka semua perkiraan yang baik tentang Cina hanya akan menjadi sampah.
Dan jika nilai Yuan terus naik tajam, banyak perusahaan pengekspor akan tidak bisa berbisnis lagi, karena produk mereka akan menjadi sangat mahal di pasar dunia.
Untuk mendukung pertumbuhan tahun ini, Beijing tak akan lagi bisa terlalu mengandalkan kebijakan melawan inflasi seperti sebelumnya. Pelonggaran atas kebijakan moneter dianggap sebagai sebuah kemungkinan yang akan diambil. Cina juga akan mencari lebih banyak perimbangan ekonomi. Itu artinya, mereka akan mengurangi ketergantungan atas ekspor dan investasi. Mereka akan lebih banyak memperkuat konsumsi dalam negeri.
Dalam hubungan luar negeri, tahun 2012 Cina kemungkinan akan lebih banyak menghadapi konflik dagang, khususnya dengan Amerika. Terutama dalam soal tuduhan dumping, sanksi berupa pengenaan tarif dan ancaman perang dagang. Feng Jun, direktur Pusat Shanghai untuk Urusan Perdagangan Bebas Dunia WTO "Sebagai kekuatan ekonomi yang terus berkembang, Cina telah meningkatkan pangsa pasarnya di dunia. Ini pasti akan mengurangi pangsa negara-negara lain, karena pasar dunia tidak berkembang secepat ekonomi Cina. Saya pikir, Cina tak seharusnya terlalu menyusahkan perasaan negara-negara lain. Ini masalah yang sangat peka".
Dan bagaimana Jerman dan Eropa akan melihat Cina tahun ini? Pada masa ketika mata uang euro mengalami krisis, banyak perusahaan Eropa membutuhkan uang. Cina kini menjadi sorotan dengan harta karun devisa bernilai milyaran euro.
Di sisi lain, Cina kini menjadi pasar kedua paling penting bagi produk Jerman, sebagaimana diperkirakan Institut Ifo. Akan lebih banyak lagi barang perusahaan Jerman yang mengalir ke Cina. Titus von Bongart, dari Kamar Dagang Jerman di Shanghai menilai "Saya melihat fokus yang lebih besar atas Cina. Sebagian besar perusahaan Jerman mengembangkan pasar mereka di Cina dengan sangat baik. Mereka telah masuk ke sini dengan baik dan relatif cepat, dan di sini mereka bisa mendapat keuntungan dan merebut pangsa pasar“
Cina kini menghadapi tahun yang sulit. Pertumbuhan ekonomi Cina dari sudut pandang barat memang akan membuat iri. Tapi sistem ekonomi dan sosial memperlihatkan keretakan. Ketimpangan sosial mengancam, aksi protes akan bertambah.
Andy Budiman
Editor: Hendra Pasuhuk