Abu Dhabi Andalkan Energi Surya
20 Maret 2013Luas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Abu Dhabi mencapai 2,5 kilometer persegi atau sekitar 285 lapangan sepakbola, jelas Bader al Lamki, pimpinan Madar Clean Energy. 60 persen PLTS ini adalah milik perusahaan Masdar, 20 persen milik perusahaan energi Perancis Total dan sisanya milik perusahaan Spanyol Abengoa. SHAMS1, yang artinya "matahari", bisa menyuplai listrik hingga 100 megawatt.
Cermin Parabola Bukan Sel Surya
Berbeda dengan fotovoltaik yang langsung mengubah sinar matahari ke listrik, SHAMS1 memanfaatkan panas matahari. Cermin memantulkan sinar matahari ke semacam pipa penyerap. Di dalam pipa tersebut mengalir minyak yang kemudian menjadi panas. Panas yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air dan uapnya menggerakkan turbin yang kemudian memproduksi listrik melalui generator.
Proses ini rumit dan mahal. PLTS menghabiskan dana sebesar 600 juta Dolar AS. Tapi penting bagi Abu Dhabi untuk beralih ke energi terbarukan. Al Lamki menjelaskan, "Kami punya cadangan minyak dan sinar matahari yang intensif. Triknya adalah menemukan keseimbangan supaya rakyat bisa mengeruk nilai maksimal". Hingga 2020 Abu Dhabi ingin menghasilkan tujuh persen dari listriknya melalui energi terbarukan.
Energi Surya Jaminan Masa Depan
SHAMS1 bisa menjadi proyek percontohan di kawasan tersebut. Demikian pendapat al Ali. Memang tren di negara-negara Arab mengarah pada energi surya, ujar Frank Wouters wakil direktur agen internasional energi terbarukan (IRENA) yang bermarkas di Abu Dhabi.
Pakar lingkungan lainnya juga menyambut perkembangan ini. "Kawasan ini punya alasan kuat untuk memajukan energi surya", tegas Jeffrey Sachs, pimpinan Earth Institue di Universitas Columbia New York. Dalam wawancara dengan DW, Sachs menegaskan "PLTS membuka peluang besar bagi negara-negara Arab".
Sebagai negara yang dianggap sebagai pusat industri minyak dunia, memang sulit untuk mengembangkan energi alternatif yang ramah lingkungan. Tapi juga harus diingat akan masa depan setelah era minyak berakhir. Menurut Sachs, "Ada harapan, bahwa pengembangan energi terbarukan bisa menjadi pijakan penting ekonomi dan memainkan peranan penting bagi negara-negara lain." SHAMS1 mampu jadi percontohan tersebut.