'Prime Editing' Buat Proses Gunting Genetika Lebih Akurat?
25 Oktober 2019Metode Prime Editing (PE), dikembangkan oleh para peneliti dari Broad Institute di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, berdasarkan pada metode gunting genetika CRISPR-Cas9 yang terkenal.
Metode Prime Editing mampu menukar, menyisipkan, atau menghapus rangkaian individu yang membentuk blok genom (DNA) atau menciptakan perubahan di dalamnya melalui kombinasi metode yang sudah ada sebelumnya.
Berbeda dengan teknik rekayasa genetika yang sudah eksis saat ini, PE tidak memotong kedua alur struktur heliks ganda DNA., melainkan hanya memotong salah satu alur.
Para peneliti berharap penemuan ini dapat mencegah terjadinya perubahan material genetik di lokasi yang salah. Mereka mempublikasikan penemuan tersebut dalam jurnal Nature edisi 21Oktober 2019 lalu.
Baca juga: Bayi Kembar Hasil Rekayasa Genetika Yang Resisten HIV Dilahirkan
Terapi genetika untuk penyakit keturunan
Para peneliti juga menyebutkan, metode baru ini dapat mengoreksi 89 persen dari seluruh masalah penyakit keturunan yang ada, salah satunya anemia sel sabit.
Metode ini dapat digunakan misalnya dalam terapi genenetika. Terapinya dengan cara menyisipkan informasi genetika pada sel yang sakit pada manusia hidup.
"Prime Editing memberikan sebuah pendekatan baru yang sangat menjanjikan," ujar Dr. Dirk Heckl, profesor pediatri Universitas Martin Luther Halle-Wittenberg, Jerman.
"Efisiensinya luar biasa, dan bisa menjadi acuan baru untuk aplikasi teknologi CRISPR dalam terapi genetika, setelah metodenya divalidasi secara independen," papar Heckl.
Secara teoritis, PE juga bisa digunakan untuk memperbaiki material genetik pada proses inseminasi buatan. Namun, hal itu dilarang di hampir seluruh negara karena dianggap sebagai intervensi dalam garis keturunan manusia.
Pengembangbiakan flora dan fauna
Metode PE kemungkin besar, akan digunakan untuk keperluan pengembangbiakan tanaman serta hewan ternak. Dengan itu karakteristik tertentu yang diinginkan akan dikembangkan secara terarah.
"Metode ini tampaknya sangat menarik diaplikasikan pada tanaman," ujar Dr. Holger Puchta, profesor biologi molekuler dan biokimia di Institut Teknologi Karlsruhe (KIT). Ia telah melakukan riset cukup lama untuk melakukan perubahan akurat pada genom tanaman.
"Metode PE bisa benar-benar membantu kita menciptakan tanaman yang resisten terhadap penyakit, atau dengan mudah memproduksi tanaman yang bebas gluten," ia menambahkan.
Namun Puchta menambahkan, semua itu harus terlebih dahulu melalui serangkaian uji coba. (Ed: rap/as)