Ancaman Wabah Penyakit di Filipina
13 November 2013"Kotoran tinja ada dimana-mana. Ini tentu memudahkan kuman untuk berkembang biak", ujar Andreas Schultz, direktur organisasi bantuan dokter Ärzte der Welt. Tapi menurut Christina Frank dari Robert-Koch Institut, tidak ada ancaman wabah penyakit dari kotoran tersebut. Masalahnya terletak pada tinja yang mengotori air.
Dalam keadaan darurat, korban bencana akan meminum air yang mereka temukan walau dalam keadaan kotor, ujar Schultz. Badai menyebabkan sumur tercemar, saluran air minum dan limbah hancur. Frank mengkhawatirkan air minum yang terkontaminasi tinja manusia dan hewan. "Bisa menyebabkan penyakit seperti diare. Dan juga leptospirose, hepatitis A dan E, yang bisa ditularkan melalui tinja. Luka bisa mudah terkena infeksi karena terkena air dan kotoran."
Surga Bagi Nyamuk
Luapan air laut dan hujan deras menyebabkan banyak genangan air yang membentuk kolam-kolam. "Di tempat yang banyak air, nyamuk mudah berkembang biak. Banyak penyakit yang ditularkan melalui nyamuk, seperti malaria dana demam dengue", tambah Christian Meyer dari Bernhard-Nocht-Institut. Namun, Meyer lebih mengkhawatirkan penyakit yang ditularkan air yang tercemar. "Begitu air terkontaminasi, akan sulit mencegah wabah melalui pengolahan air minum", kata Meyer. Kolera yang masih ditemukan di Asia, menurut Meyer bisa menjadi epidemi dalam kondisi seperti di Filipina.
Bagi Christina Frank, kolera hanyalah sebagian dari masalah yang ada. "Typhus juga penyakit serius yang bisa membahayakan nyawa jika tidak ditangani." Begitu juga diare bagi anak-anak. Karena diare melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Pentingnya Persediaan Air Minum
Penyakit bakterial, seperti infeksi pada luka, bisa ditangani antibiotika dengan mudah. Karena itu, Frank menganggap penting adanya persediaan antibiotika yang cukup di lokasi bencana. Vaksin untuk tetanus juga tidak boleh dilupakan. Masalah misalnya muncul di Indonesia usai bencana tsunami 2004. Hal terpenting adalah menyiapkan air minum dan bahan pangan bersih, serta membangun WC agar tidak mencemari air minum.
Namun, sepertinya masih butuh waktu lama. "Pada kehancuran semacam itu, warga harus bisa bertahan sendiri terlebih dahulu. Saat ini tidak ada yang berhasil mencapai mereka", ujar Schultz dari organisasi para dokter. Di banyak pulau besar masih belum ada tim bantuan yang tiba.