Jerman Berjuang Untuk Paket Bantuan Corona Uni Eropa
15 Juli 2020Menjelang KTT Uni Eropa akhir minggu ini, yang khusus digelar untuk membahas anggaran Uni Eropa dan menyepakati paket bantuan penyelamatan corona senilai 750 miliar euro, Jerman yang menjabat sebagai Presiden Uni Eropa mulai 1 Juli bekerja keras menggalang negosisasi dengan negara-negara penting.
Dana bantuan yang dimaksudkan untuk mendorong pemulihan ekonomi dari krisis corona dan diusulkan oleh Jerman dan Prancis itu, sudah disetujui oleh Komisi Eropa bulan Mei lalu. Terutama negara-negara di Eropa selatan seperti Spanyol dan Italia yang terparah dilanda pandemi corona, sangat membutuhkan dana bantuan ini.
Tetapi sesuai aturan Uni Eropa, paket penyelamatan itu harus disetujui oleh semua 27 negara anggota Uni Eropa.
Faktor waktu sangat penting
Kanselir Jerman Angela Merkel hari Selasa (14/7) melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez untuk mempersiapkan KTT itu. Pedro Sanchez mengatakan, sangat penting agar keputusan paket bantuan itu disepakati bulan ini juga.
"Jika kita menunda lagi perjanjian ini, berarti kita juga menunda rekonstruksi. Dan jika kita menunda rekonstruksi, maka krisis akan menjadi lebih serius," katanya.
Sehari sebelumnya, Angela Merkel sudah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte di Berlin, yang juga juga mendesak para pemimpin negara Uni Eropa untuk segera menyetujui paket itu.
"Kita harus bertindak cepat, karena sejarah mengajari kita bahwa reaksi terbaik tidak banyak berarti jika datang terlalu lambat," kata Giuseppe Conte dalam konferensi pers usai pertemuan di Berlin.
Kanselir Angela Merkel mengatakan, yang diinginkan memang mencapai hasil yang cepat. "Tetapi saya tidak tahu, apakah akan ada kesuksesan pada hari Jumat dan Sabtu. Waktu adalah esensi," kata Merkel.
Empat negara masih menentang paket penyelamatan
Hingga saat ini, masih da empat negara yang menyatakan menentang paket bantuan corona, yang disebut-sebut sebagai kubu "empat penghemat”, yaitu Belanda, Austria, Denmark dan Swedia. Mereka menolak jika paket penyelamatan itu hanya berupa hibah dan ingin agar bantuan diberikan sebagai pinjaman lunak. Mereka juga menuntut agar bantuan disertai persyaratan ketat, seperti reformasi pasar kerja dan sistem pensiun.
Paket penyelamatan yang dirancang Jerman dan Prancis sudah merupakan kompromi, karena sebanyak 500 miliar euro akan diberikan dalam bentuk hibah dan 250 miliar euro dalam bentuk pinjaman. Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya sudah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Kanselir Jerman Angela Merkel juga minggu lalu bertemu dengan Marc Rutte untuk menjelaskan posisi Jerman. Namun Belanda tetap menyatakan menentang bantuan hibah maupun bantuan tanpa persyaratan dan pengawasan.
Di hadapan parlemen Belanda di Den Haag, Marc Rutte hari Selasa (14/7) mengatakan bahwa dia "tidak berharap" akan ada kesepakatan dalam KTT Uni Eropa di Brussels akhir minggu ini. Dia menekankan, Belanda tetap harus memiliki hak untuk memveto bantuan hibah, jika negara yang menerima bantuan tidak melakukan reformasi.
"Di situlah keseimbangannya," kata Marc Rutte. Dia menambahkan, hal itu yang harus ditemukan pada KTT nanti, namun juga menegaskan "saya tidak terlalu berharap tentang itu."
hp/as (dpa,rtr, afp)