Angka Kematian Global Akibat Covid-19 Tembus 1 Juta
29 September 2020Berdasarkan data John Hopkin University hingga Selasa (29/09), angka kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia telah menembus sedikitnya 1.000.825 kematian.
Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan angka kematian terbanyak yakni lebih dari 205 ribu kematian, disusul Brasil dengan lebih dari 142 ribu kematian, India dengan lebih dari 95 ribu kematian, Meksiko dengan lebih dari 76 ribu kematian, dan Inggris dengan lebih dari 42 ribu kematian.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi jumlah ini akan terus bertambah jika tidak ada langkah-langkah drastis yang diambil.
Penanganan corona di Eropa
Juru Bicara Kanselir Jerman, Steffen Seibert, mengatakan pemerintah Jerman terus mewaspadai lonjakan kasus COVID-19 di negaranya. Dikutip dari surat kabar Jerman Bild, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada anggota Partai CDU bahwa Jerman dapat mengalami ''19.200 infeksi baru per hari jika tren terus berlanjut. Selama dua minggu terakhir Jerman melaporkan kenaikan rata-rata 1.000 kasus baru per hari.''
Perdana Menteri negara bagian Bayern, Markus Söder, menerapkan kebijakan mirip “lampu lalu lintas'' untuk menangani virus corona di kota-kota dan kependudukan. Nantinya lampu akan berwarna “kuning“ jika terdapat 35 infeksi per 100.000 penduduk. Selain itu, kebijakan-kebijakan seperti pemeriksaan kepada kelompok berisiko, penggunaan masker di sekolah, hingga larangan menonton pertandingan olahraga akan diberlakukan. Jika nantinya meningkat menjadi 50 infeksi per 100.000 penduduk pembatasan yang lebih ketat akan diterapkan.
Sementara di Prancis, Presiden Emmanuel Macron memutuskan menerapkan pembatasan di kota Marseille setelah kasus COVID-19 kembali melonjak. Juru bicara presiden, Gabriel Attal, menjelaskan keputusan diambil karena penyebaran virus di Prancis “serius dan mengkhawatirkan.“ Bar dan restoran di Marseille ditutup selama satu minggu, sejak Mingu (27/09) malam kemarin.
Tak hanya Prancis, Belanda juga kembali menerapkan pembatsan sebagai upaya menekan laju penyebaran infeksi COVID-19. Bar dan restoran harus tutup pukul 10 malam, tamu dibatasi bagi yang menyelenggarakan acara pribadi, pertandingan olahraga tertutup bagi penonton, dan warga dilarang melakukan perjalan tak penting ke Amsterdam.
Di Inggris, mulai Senin (28/09), warga yang ketahuan tidak melakukan isolasi mandiri setelah dites positif COVID-19 akan didenda USD 1.200 atau setara dengan Rp 16,8 juta. Denda ini dapat terus bertambah jika warga tersebut kembali mengulangi perbuatannya.
Asia
Hingga Selasa (29/09), kasus positif COVID-19 di India – negara dengan kasus COVID-19 terbanyak kedua di dunia – telah melampaui enam juta kasus. Senin (28/09), Kementerian Kesehatan India mengonfirmasi penambahan lebih dari 82 ribu kasus COVID-19.
Sementara itu, Korea Selatan melaporkan penambahan 50 kasus baru harian, yang menjadikannya penambahan terendah sejak 11 Agustus. Pemerintah memberlakukan pembatasan sosial secara ketat setelah adanya lonjakan infeksi di ibu kota Seoul, pertengahan Agustus silam. Sedikitnya 23.699 kasus positif dan 407 kematian dilaporkan di sana.
Sementara di Indonesia, hingga berita ini diturunkan sedikitnya terdapat 278.722 kasus positif COVID-19. Dari angka tersebut, tercatat lebih dari 10.400 ribu kematian, dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan angka kematian tertinggi di kawasan Asia tenggara, dan ketiga di Asia.
Presiden Joko Widodo pada Senin (28/09) mengungkapkan kasus aktif virus corona di Indonesia mencapai 22,46 persen. Angka ini lebih rendah daripada rata-rata kasus aktif dunia, yaitu 23,13 persen.
Di tengah terus meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia, nama Menteri Kesehatan (Menkes) RI Terawan jadi buah bibir warganet. Namanya pun jadi trending topic di Twitter, setelah Menkes tidak menghadiri undangan wawancara untuk membahs situasi pandemi di salah satu media. Terawan dihujani kritik karena jarang muncul di hadapan publik dalam situasi kritis.
Afrika
WHO pada Senin (28/09) mengumumkan rencana untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk membantu mereka meningkatkan kapasitas pemeriksaan COVID-19. WHO dan beberapa mitra berencana untuk meluncurkan 120 juta tes diagnostik cepat ke beberapa negara, termasuk ke 20 negara di Afrika. Tes tersebut memberikan hasil dalam waktu 15 hingga 30 menit dengan harga yang lebih murah, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Rencana ini dijadwalkan akan dimulai bulan depan.
rap/pkp (AFP, AP, dpa, Reuters)