Apa Yang Berubah Dalam Politik Eropa?
25 September 2013Angela Merkel sudah sejak lama menjadi salah satu tokoh terpenting di panggung politik Eropa. Setelah kemenangan dalam pemilu Jerman, posisi Merkel makin kuat lagi. Selama ini, Merkel dikenal sebagai pemimpin yang bersikeras menuntut reformasi luas di negara-negara Eropa yang menghadapi krisis, seperti Yunani dan Spanyol.
Politik Merkel sering mendapat kecaman. Namun pengamat politik Janis Emmanoulidis dari European Policy Centre yakin, Merkel sekarang makin percaya diri. "Arah politiknya, yaitu menuntut reformasi dan penghematan sebagai persyaratan untuk mendapat bantuan, ini tidak akan berubah," kata Emmanoulidis kepada Deutsche Welle.
Sebelum pemilu, ada beberapa agenda yang tertunda di Eropa. Misalnya soal regulasi bank, atau soal apakah Yunani perlu mendapat waktu lebih banyak untuk membayar kembali utangnya. Diskusi tentang itu ditunda dengan alasan masih ada pemilu di Jerman. Sekarang, tidak ada lagi alasan untuk menunda pembahasan.
Menanti koalisi baru Jerman
Angela Merkel harus memutuskan akan berkoalisi dengan SPD atau Partai Hijau. Kedua partai oposisi itu selama ini menuntut agar selain langkah penghematan, Eropa harus punya program yang mendukung stimulasi ekonomi agar bisa bangkit kembali. SPD dan Partai Hijau mengeritik program penghematan yang terlalu ketat.
Pengamat politik Janis Emmanoulidis yakin, program penghematan nantinya akan diperlunak. "Kalau negara-negara yang menghadapi krisis ini tidak sanggup bangkit lagi secara ekonomis, percuma saja semua kebijakan penghematan," tandasnya.
Merkel sendiri sudah memberi sinyal bahwa ia ingin membantu Yunani dan bersedia mengoreksi kebijakannya. Jadi, kalau SPD menjadi mitra koalisi CDU seperti yang diharapkan banyak pengamat politik, maka pemerintahan baru Jerman akan merintis politik yang lebih lunak terhadap Yunani, kata Emmanoulidis.
Mendukung koalisi besar
Anggota Parlemen Eropa dari SPD, Jo Leinen memperingatkan, SPD pernah membentuk koalisi besar dengan CDU, tapi hal ini malah merugikan partainya. Namun kalangan Sosialdemokrat di parlemen Eropa mendukung pembentukan koalisi besar. Ketua fraksi Sosialdemokrat di Parlemen Eropa, Hannes Swoboda menerangkan: "Jerman perlu pengaruh Sosialdemokrat dalam pemerintahan, agar bisa mendorong reformasi yang progresif di Uni Eropa."
Kubu Sosialdemokrat selama ini menuntut agar Uni Eropa menggelar program pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Tapi Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schäuble menolak hal itu. Pertumbuhan dan pembukaan lapangan kerja memang bagus, namun jika semuanya dibiayai melalui utang, ini adalah cara yang salah, kata Schäuble. Tapi jika CDU dan SPD ingin berkoalisi, mereka harus menemukan kompromi.
Anggota Parlemen Eropa Jo Leinen menyatakan, munculnya partai anti Euro AfD di Jerman adalah peringatan bagi partai-partai besar. AfD mengecam keras bantuan Jerman untuk negara-negara yang dilanda krisis. Dalam pemilu, AfD hampir meraih 5 persen. Menurut Jo Leinen, banyak pemilih yang salah paham tentang kebijakan Eropa.
"Pemilih di Jerman hanya tahu sedikit tentang politik Eropa dan krisis mata uang Euro. Merkel dan partai-partai politik lain selama kampanye tidak menerangkan hal ini dengan jelas kepada pemilih." Itu sebabnya, banyak pemilih yang kecewa dan memilih AfD. Banyak yang berpikir, Jerman rugi karena ikut mata uang Euro. Padahal Jerman mendapat banyak keuntungan dari kawasan ekonomi Euro, kata Jo Leinen.