Apa yang Sebenarnya Bisa Dilakukan Brain Chip?
6 April 2023ʺMasa depan akan menjadi aneh,ʺ kata Elon Musk pada tahun 2020, saat dia menjelaskan potensi penggunaan implan otak yang dikembangkan oleh perusahaan neuroteknologi miliknya, Neuralink.
Perusahaan itu selama tujuh tahun terakhir telah mengembangkan chip komputer yang dirancang untuk ditanamkan ke dalam otak, di mana perangkat ini memantau aktivitas ribuan neuron.
Chip tersebut — secara resmi dianggap sebagai "antarmuka otak-komputer" (BCI) — terdiri dari sebuah probe sangat kecil yang berisi lebih dari 3.000 elektroda yang dipasang pada benang fleksibel yang lebih tipis dari rambut manusia.
Musk ingin menghubungkan otak dengan komputer untuk memungkinkan mengunduh informasi dan ingatan dari dalam pikiran, seperti dalam film fiksi ilmiah "The Matrix" dari tahun 1999.
Seiring dengan penggunaan teknologi itu untuk mencoba dan mengobati kondisi disabilitas fisik seperti kebutaan dan kelumpuhan, Musk berambisi menggunakan Neuralink untuk mewujudkan telepati manusia, yang menurutnya akan membantu umat manusia memenangkan perang melawan kecerdasan buatan. Dia juga mengatakan ingin teknologi itu memberi orang "penglihatan super."
Brain chip, fiksi ilmiah atau kenyataan?
Apakah semua ini layak? Jawaban singkat: tidak.
"Kita tidak bisa membaca pikiran orang. Jumlah informasi yang dapat kita dekoding dari otak sangat terbatas," kata Giacomo Valle, insinyur saraf di University of Chicago, Amerika Serikat.
Juan Alvaro Gallego, seorang peneliti BCI di Imperial College London, Inggris, juga sependapat. ʺMasalah mendasarnya adalah kita tidak benar-benar tahu di mana atau bagaimana pikiran disimpan di otak. Kita tidak bisa membaca pikiran jika kita tidak memahami ilmu saraf di baliknya," katanya kepada DW.
Penggunaan klinis BCI
Musk pertama kali memamerkan teknologi Neuralink pada 2019, dengan memperkenalkan chip Neuralink yang ditanamkan pada otak babi dan video monyet yang memainkan bat ping pong dengan pikirannya.
Namun, potensi BCI jauh melampaui sekadar permainan oleh hewan.
Gallego mengatakan, teknologi ini pertama kali dikembangkan untuk membantu orang yang lumpuh karena cedera tulang belakang atau kondisi seperti Locked-in syndrome, di mana ketika pasien sadar penuh tidak dapat menggerakkan bagian tubuh mana pun kecuali mata untuk berkomunikasi.
ʺJika Anda (bisa) menerjemahkan komunikasi internal mereka ke dalam kata-kata di komputer, itu akan mengubah hidup,ʺ kata Gallego.
Dalam kasus semacam ini, BCI dirancang untuk merekam sinyal listrik dari saraf di korteks motorik, kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke komputer dimana sinyal tersebut ditampilkan sebagai teks.
Operasi otak untuk semua orang?
Untuk saat ini, BCI hanya digunakan dalam kasus khusus seperti pada tangan robot Nathan Copeland yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan mobil. Sementara teknologi Neuralink sejauh ini hanya diuji coba pada hewan.
ʺSemua penerapan klinis BCI sejauh ini masih dalam tahap penelitian dan belum diterapkan dalam praktik klinis,ʺ kata Valle.
Neuralink mencoba untuk mendapat persetujuan dari regulator obat federal AS, untuk uji coba teknologinya dengan manusia pada tahun lalu, tetapi pihak berwenang menolak aplikasi tersebut dengan alasan utama masalah keamanan.
Perangkat ini terdiri dari 96 probe kecil dan fleksibel yang harus dimasukkan satu per satu ke dalam otak.
Operasi otak bukan tindakan main-main tanpa risiko. Bahkan jika prosedur invasif yang diperlukan untuk menyambungkan BCI ke otak berjalan dengan baik, potensi infeksi atau 'penolakan' sistem kekebalan tubuh terhadap perangkat itu, akan menetap cukup lama setelah implantasi.
Perusahaan Musk dilaporkan kembali meminta izin untuk melakukan uji klinis kepada manusia akhir tahun ini.
Kelahiran neuroetika
Dalam jangka panjang, kata Valle, BCI menimbulkan "berbagai masalah etika" yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati oleh para peneliti, perusahaan, lembaga pendanaan, regulator, dan pengguna itu sendiri.
Teknologi ini melahirkan bidang baru peneltian moral: neuroetika. Di sinilah diskusi berubah menjadi lebih fiksi ilmiah.
"Misalnya, apa konsekuensi dari pelanggaran privasi ketika data tersebut terkait dengan pemikiran orang? Bagaimana kita bisa memastikan bahwa kurangnya akses tidak memperburuk ketidaksetaraan sosial? Apa jadinya kalau informasi ini bisa langsung masuk ke otak?" tanya Valle.
Semua ini merupakan peran fiksi ilmiah untuk mempersiapkan umat manusia, mengenai apa yang akan terjadi di masa depan.
Peringatan mengenai pengawasan dan pengendalian oleh tekologi kepada umat manusia, sudah diulas dalam novel fiksi ilmiah terkenal dari abad ke 20, seperti "Brave New World" dan "1984." Pertanyannya, apakah umat manusia juga mendengar dan menyimak peringatan ini?
(ha/as)