1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apakah Kerusuhan Akan Meluas di Libanon?

14 Mei 2008

Keadaan mulai menenang. Namun kekhawatiran akan meluasnya kerusuhan tetap dapat dirasakan. Adu kekuatan antara pemerintah yang anti Suriah dan Hisbullah yang didukung Iran memuncak akhir pekan lalu.

https://p.dw.com/p/DzL7
Tentara Libanon di Tripoli (12/05)Foto: picture-alliance/ dpa

Militer Libanon menuntut milisi yang bermusuhan untuk menarik diri dari jalan-jalan di seluruh negara. Jika tidak, mereka harus menghadapi konsekuensinya. Dalam pernyataan aparat keamanan dikatakan, militer akan menggunakan semua cara yang legal, termasuk juga kekerasan, jika warga militan tidak patuh. Itu ditetapkan mulai Selasa, 13 Mei pagi.

Pemerintah Tidak Bertindak

Dalam pertempuran yang terjadi antara pendukung oposisi dan pemerintah beberapa hari belakangan, militer tidak mengambil banyak tindakan. Tentara pemerintah hanya memasuki daerah pertempuran, jika diminta oleh fraksi-fraksi yang bertikai.

Hisbullah, yang mendapat dukungan dari Iran dan Suriah adalah gerakan yang memiliki milisi terkuat di Libanon. Mereka menyatakan Senin lalu, tetap akan mempertahankan haknya untuk membela diri. Namun itu ditujukan Hisbullah kepada para pendukung pemerintah, yang beberapa hari belakangan ini bentrok dengan mereka.

Pertempuran Muncul di Bagian Lain

Sabtu lalu pemerintah dan oposisi antara lain bertikai tentang sistem komunikasi rahasia Hisbullah, dan berhasil mencapai kompromi. Militer Libanon akan meneliti kembali hal itu, dan oposisi untuk sementara waktu menarik milisinya dari Beirut barat yang sebelumnya diduduki.

Tetapi di bagian-bagian lain Libanon tetap muncul pertempuran. Hingga Rabu 14 Mei fraksi-fraksi yang bertikai ingin menemukan jalan keluar untuk jangka panjang. Setelah itu delegasi dari Liga Arab akan datang ke Beirut. Sementara pemilihan presiden yang seyogyanya akan diadakan Selasa 13 Mei diundur ke 10 Juni.

Tindakan Warga Kristen

Hanya lilin merah yang tidak menyala lagi, serta bunga mawar putih yang layu dapat ditemukan di monumen peringatan bagi Pierre Gemayel. Presiden Libanon itu dibunuh awal tahun 80an. Ia beragama Kristen, seperti halnya sebagian besar warga yang mengunjungi sejumlah besar kedai kopi di bawah naungan monumen Gemayel di Lapangan Sassin, di bagian kota Beirut, Ashrafiye. Contohnya Carole yang berusia 33 tahun. Ia khawatir dengan masa depan negaranya. Ia menduga pertempuran nantinya juga harus dihadapi warga Kristen. "Tapi saya harap mereka sudah belajar dari pengalaman di masa lalu," demikian dikatakan Carole

Beberapa hari belakangan oposisi Shiah, Hisbullah berhasil menunjukkan kepada pemerintah, bahwa secara militer merekalah fraksi terkuat di Libanon. Mereka memaksa kaum Suni di dekat Saad Hariri serta kalangan agama di bawah pimpinan Walid Jumblad untuk bertekuk lutut. Hariri dan Jumblad adalah dua dari tiga fraksi terpenting pemerintah.

Kini timbul pertanyaan, bagaimana sikap warga Kristen Libanon dalam persaingan kekuatan di dalam negri? Sebagian warga Kristen, yang berhubungan erat dengan Jendral Michel Aoun memihak oposisi. Sebagian lainnya, yang dekat dengan Samir Geagea dan Amin Gemayel, ayah Pierre Gemayel, mendukung pemerintah.

Percaya Diri

Para pemimpin Kristen menunjukkan sikap percaya diri. Demikian halnya Amin Gemayel, yang mendukung pemerintah. Ia mengatakan, "sebelum dialog apapun dimulai, kami ingin mendapat jaminan dari pemimpin Hisbullah, Hassan Nasrallah dan langsung dari dia sendiri, bahwa senjata tidak akan dijadikan instrumen politik dalam negeri Libanon lagi."

Di lain pihak tampaknya warga Kristen yang setia kepada pemerintah tidak mungkin akan bertempur melawan Hisbullah yang mendapat banyak senjata dari Iran. Mereka terlalu lemah. (ml)