Apakah Marcos Jr. dari Filipina Adalah Sahabat Baru UE?
27 Februari 2024Sejak menjabat pada pertengahan 2022, Presiden Ferdinand Marcos Jr. telah mendekatkan Filipina ke AS, bahkan mempertaruhkan kemarahan Beijing dengan menandatangani perjanjian pertahanan baru dengan Washington.
Marcos Jr. juga mendorong normalisasi hubungan dengan UE yang telah rusak parah oleh pendahulunya, Rodrigo Duterte, yang "perang melawan narkoba” brutalnya memicu kritik dari Eropa. Duterte menanggapinya dengan kata-kata yang sarat sumpah serapah, meminta para pemimpin Eropa untuk tidak ikut campur dalam urusan negaranya dan mengancam akan mengusir semua duta besar Eropa.
Namun pada 2023, Ursula von der Leyen menjadi presiden Komisi Eropa pertama yang mengunjungi Filipina, di mana ia berbicara tentang "era baru kerja sama di antara kita.” Marcos Jr. kini dijadwalkan mengunjungi Jerman bulan depan dan Brussel pada Desember.
Brussel dan Manila juga setuju untuk memulai kembali perundingan mengenai perjanjian perdagangan bebas yang gagal pada 2015 di bawah pemerintahan Duterte. Pilihan Marcos Jr. untuk Menteri Luar Negerinya, Enrique Manalo, juga dapat dilihat sebagai sinyal bagi UE. Manalo sebelumnya menjabat sebagai duta besar untuk beberapa negara Eropa dan sebagai kepala Misi Filipina di Brussels.
Namun para analis mengatakan perubahan antara Filipina dan UE didorong oleh faktor geopolitik yang lebih dalam.
Invasi Rusia ke Ukraina pada awal 2022 merupakan katalisator utama, menurut Joshua Espena, peneliti di International Development and Security Cooperation, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Manila. Espena mengatakan Eropa perlu memperkuat rantai pasokan globalnya dan berupaya "memanfaatkan kawasan Indo-Pasifik.”
Pemimpin Asia Selatan pertama yang memilih AS daripada Tiongkok
Ketika Duterte berusaha menjalin hubungan yang lebih erat antara Filipina dan Tiongkok, dengan berbagai tingkat keberhasilan, Marcos Jr. mulai menjabat dengan sikap yang sangat pro-Barat.
Ketegangan antara Manila dan Beijing, terutama mengenai wilayah yang mereka perebutkan di Laut Cina Selatan, telah meningkat secara besar-besaran selama 12 bulan terakhir, dan tahun lalu, UE dan Filipina mengumumkan perjanjian pertahanan maritim baru.
Pada Oktober, UE dan Filipina menandatangani Perjanjian Pembiayaan sebesar €60 juta (Rp1,02 Triliun) untuk Program Ekonomi Hijau, yang merupakan hasil dari fokus pemerintahan Marcos Jr. pada aksi iklim.
"Marcos Jr. dapat dianggap sebagai 'sahabat' Eropa di Asia Tenggara,” kata Alfred Gerstl, pakar hubungan internasional Indo-Pasifik di Universitas Wina.
Marcos Jr. telah membatalkan beberapa proyek infrastruktur terkemuka yang merupakan bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan Beijing. Menurut Gerstl, Inisiatif Gerbang Global UE, sebuah skema investasi global yang dipimpin UE, dapat mengisi sebagian kekosongan tersebut.
Menulis tentang hubungan AS-Filipina bulan lalu, analis Dewan Hubungan Luar Negeri Joshua Kurlantzick berargumentasi bahwa, "Marcos Jr. lebih banyak memasukkan Manila ke dalam kubu AS dibandingkan pemimpin Asia Tenggara lainnya, dan tampaknya menjadi pemimpin Asia Tenggara pertama yang 'memilih' antara Amerika Serikat dan Tiongkok.”
Kekhawatiran terhadap konstitusi
Beberapa analis yang diajak bicara oleh DW mengatakan ini adalah saat yang tepat bagi Marcos Jr. untuk mulai menjabat dan memberikan kesan sebagai politisi yang lebih demokratis, liberal, dan berpikiran sama pada saat para pemimpin Eropa sedang putus asa karena perang di Ukraina untuk mencari mitra baru.
Namun banyak yang meragukan Manila sebenarnya telah berubah dalam hal demokrasi dan hak asasi manusia.
Marcos Jr. akan menjadi seseorang yang dapat diajak bekerja sama dengan UE "selama UE tidak melihat terlalu dekat untuk melihat bahwa perubahan dalam Konstitusi Filipina kemungkinan besar akan mengakibatkan demokrasi yang lebih lemah dibandingkan sebelumnya," kata Sol Dorotea Iglesias, asisten profesor ilmu politik di Universitas Filipina.
Beberapa kritikus mengatakan Marcos Jr. dapat mengubah konstitusi untuk memudahkan investor asing membeli atau mendirikan perusahaan di industri tertentu. Hal ini mungkin juga memberinya kesempatan untuk menghapus ketentuan yang membatasi kekuasaan presiden.
Marcos Jr., bagaimanapun, menolak kemungkinan ini.
UE mencari sekutu Asia
Seorang Pejabat Komisi Eropa yang tida mau disebutkan namanya mengatakan Brussel ingin memandang Marcos Jr. dengan sebaik-baiknya karena mereka masih tidak percaya pada banyak pemimpin Asia Tenggara lainnya.
Hubungan dengan Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim memburuk karena dukungan Eropa terhadap Israel dalam perangnya dengan Hamas dan karena peraturan lingkungan hidup Brussels, kata sumber itu. Pemerintahan koalisi baru Thailand tidak stabil. Vietnam tetap menjadi mitra utama di kawasan ini, namun hubungan UE dengan pemerintahan komunisnya tidak teratur, sementara Kamboja masih berada dalam daftar buruk UE karena kemunduran demokrasinya.
Brussels juga masih berhati-hati terhadap Prabowo Subianto, yang kemungkinan akan menjadi presiden Indonesia berikutnya setelah pemilu awal bulan ini. Prabowo telah mengambil sikap keras terhadap UE karena perselisihan yang bertensi tinggi mengenai bagaimana peraturan lingkungan hidup UE akan berdampak pada sektor kelapa sawit Indonesia.
Menurut Espena di Kerja Sama Pembangunan dan Keamanan Internasional, UE dan Filipina mempunyai banyak alasan untuk ingin terus meningkatkan hubungan.
"Persahabatan tidak harus selalu baik-baik saja, dan meskipun hubungan pribadi itu penting, kepentingan yang mendalam berdasarkan kondisi struktural dunia lebih penting,” katanya.(rs/hp)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!