Spenden für Al Kaida
Dalam kunjungan pertamanya di Riyadh bulan Juni 2009, Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang waktu baru dilantik, banyak memuji keluarga Kerajaan Saudi. Kedua negara "bukan saja mitra dalam bidang ekonomi, tetapi juga mitra strategis," demikian dikatakan Obama dengan nada yang ramah kepada Raja Abdullah. Obama juga memuji, "Kebijakan dan kesediaannya untuk membantu".
Tetapi dalam dokumen rahasia yang dipublikasikan oleh Wikileaks, Menteri Luar NegeriAS Hillary Clinton dalam tahun yang sama memberikan perkiraan mengenai Arab Saudi yang sama sekali tidak menyanjung. Dalam sebuah catatan pemerintah, ia mengeluh tentang "tantangan permanen, untuk meyakinkan pejabat-pejabat Saudi agar memperlakukan isu pendanaan teroris dari negaranya sebagai piroritas strategisnya."
Puncak kritik Clinton adalah kesimpulannya, bahwa "uang dari Arab Saudi adalah sumber dana terpenting bagi kelompok-kelompok teror Sunni di seluruh dunia."
Sekutu dengan Dua Muka
Kontradiksi pernyataan Obama dan Clinton adalah sesuatu yang khas bagi hubungan rumit kedua negara. Da satu sisi, Arab Saudi bukan hanya salah satu pengirim minyak terbesar bagi Amerika Serikat, tetapi Amerika Serikat juga menganggap penting Arab Saudi karena negara ini merupakan kutub yang berlawanan bagi Iran, yang pengaruhnya semakin meningkat. Arab Saudi ikut serta dalam berbagai inisiatif yang mencoba mencari pemecahan konflik secara regional.
Tetapi di sisi lain, Arab Saudi juga melakukan banyak hal, yang di negara-negara lain dikritik Amerika Serikat. Misalnya penindasan HAM, kurangnya kebebasan beragama, sensor media massa, tidak adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan. an ideologi Wahabbi, yang terkenal sebagai salah satu interpretasi Islam yang sangat radikal, dominan di Arab Saudi. Karena itu banyak pakar tidak heran ketika mendengar, bahwa kebanyakan pelaku serangan 11 September berasal dari Arab Saudi.
Memang Raja Abdullah mencoba secara hati-hati untuk melancarkan reformasi. Tetapi menurut pakar teror Guido Steinberg, dari organisasi peneliti Jerman di bidang politik SWP, ada banyak kesamaan antara ideologi Wahabbi dan ideologi Al-Qaida. Ini menyebabkan, "Banyak anak muda Arab Saudi yang menjadi ekstrimis, atas dasar apa yang mereka pelajari di sekolah dan universitas di Arab Saudi." Tetapi pimpinan di Arab Saudi tidak mau mengakui, bahwa ada kedekatan antara ideologi negaranya dari ideologi Al Qaida.
Koper Penuh Uang
Tudingan yang paling kuat adalah tudingan membiayai teroris. Apakah sumbangan bagi Al Qaida benar-benar datang dari Arab Saudi dan negara-negara kaya lainnya di Teluk Persia, memang tidak bisa dibuktikan. Yassin Musharbash, yang bekerja sebagai editor untuk majalah politik Jerman "Der Spiegel", menduga, bahwa kurir-kurrir asal Arab Saudi secara teratur mengangkut koper-koper berisikan "uang sejumlah ratusan ribu euro" ke Afghanistan dan Pakistan, yang nantinya mendarat di berbagai kamp teror atau kamp pelatihan teroris.
Tetapi tidak ada lembaga resmi Arab Saudi yang bertanggung jawab atas hal ini. "Ini terkait sebuah jaringan yang kompleks dari berbagai organisasi kemanusiaan, yang sebagian memang sengaja disalahgunakan, tanpa diketahui oleh organisasinya sendiri," kata Musharbash. Tetapi harus diasumsikan, bahwa ada beberapa oknum di pemerintahan yang sengaja tutup mata, lanjut pakar Al Qaida ini.
"Kalau kita membayangkan betapa banyak orang yang keluar masuk Arab Saudi dan Pakistan, antara lain karena banyaknya jumlah pekerja asal Pakistan, maka "hampir tidak mungkin" melacak aliran uang ini dan menyetopnya," tambah Musharbash.
Dana yang mengalir dari Arab Saudi bagi kelompok-kelompok militan memang mempunyai tradisi. Di tahun 1980an, negara kaya ini mendukung perjuangan kelompok Mujahidin melawan pasukan pendudukan Uni Sovyet di Afghanistan. Dalam hal ini Osama bin Laden memainkan peranan kunci, sebelum ia akhirnya berpisah dari keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Pakar teror Guido Steinberg menjelaskan, dulu kelompok Mujahidin juga mendapat sumbangan dari pejabat-pejabat Arab Saudi. Tetapi setelah serangan 11 September 2011, banyak organisasi setengah swasta yang ditutup oleh pemerintah Arab Saudi, seperti yayasan Al-Haramein, "karena paling tidak secara tidak langsung uang mengalir ke organisasi-organisasi militan ini".
Tetapi bukan tekanan dari Amerika Serikat saja yang menyebabkan Arab Saudi berubah, tetapi juga karena negaranya sendiri menjadi sasaran teror sejak tahun 2003. Sekarang ini, menurut keterangan Steinberg, dukungan secara pasif pun tidak bisa dibuktikan lagi. Politik resmi Arab Saudi mengenai ini menjadi "lebih jelas", lanjutnya. Tetapi tetap kontroversial, apakah mekanisme pengawasan yang ada cukup.
Sumbangan Juga Datang dari Eropa
Tetapi Al Qaida bukan hanya mendapat dana dari orang-orang kaya di Arab Saudi dan wilayah Teluk Persia. Dengan bantuan internet dan jaringan-jarian individual, jaringan teror Al Qaida juga mengumpulkan dana dari para pengikutnya di seluruh dunia, demikian dikatakan Yassin Musharbash. Juga dari Eropa. Al-Qaida juga menemukan sumber dana di negara-negara Islam di Afrika Utara. Di sana militan lebih memilih menculik warga asing untuk mendapatkan uang tebusan.
Khalid El Kaoutit/Anggatira Gollmer
Editor: Yuniman Farid