Saudi Tunjuk Dubes Perempuan Pertama Untuk Amerika Serikat
28 Februari 2019Arab Saudi menunjuk duta besar perempuan pertamanya, Putri Reema bint Bandar Al Saud sebagai diplomat tingkat tinggi kerajaan itu di Amerika Serikat.
Reema bint Bandar Al Saud menggantikan Pangeran Khalid bin Salman Al Saud, putra Raja Salman dan adik dari putra mahkota Mohammed bin Salman yang ditunjuk menjadi wakil menteri pertahanan kerajaan di Timur Tengah tersebut.
"Saya akan bekerja dengan izin Tuhan untuk melayani negara saya, para pemimpinnya dan semua anak-anaknya, dan saya akan bekerja keras untuk tujuan itu," tulis Putri Reema di akun Twitter setelah pengangkatannya.
Dua dekade di AS
Putri Reema tinggal di Amerika Serikat selama 20 tahun, saat ayahnya, Bandar bin Sultan Al Saud, menjabat sebagai duta besar Arab Saudi. Dia belajar di Universitas George Washington sebelum kembali ke Arab Saudi.
Dia bekerja di sektor swasta kerajaan sebelum bergabung dengan Jawatan Olahraga Publik Arab Saudi, di mana dia memperjuangkan partisipasi perempuan dalam bidang olahraga dan memfokuskan diri pada peningkatan pemberdayaan perempuan.
Pengangkatannya sebagai duta besar dilakukan, ketika Arab Saudi mulai bergerak membuka keran peluang kebebasan bagi kaum perempuan di negara itu. Tahun lalu, pemerintah Saudi mengizinkan perempuan untuk mengemudi.
Namun, negara yang kaya minyak itu juga telah menangkapi para aktivis hak-hak perempuan sebagai bagian dari tindakan keras dalam menghadapi setiap perbedaan pendapat.
Perempuan juga masih harus meminta izin dari wali laki-laki untuk masalah-masalah seperti menikah, mendapatkan paspor atau bepergian ke luar negeri.
Tugas yang berat
Putri Reema menghadapi tantangan berat dalam meningkatkan hubungan antara AS dan Arab Saudi, yang meningkat setelah kematian Jamal Khashoggi, seorang kolumnis Washington Post yang dibunuh di kedutaan Saudi di Istanbul, Turki, beberapa waktu lalu.
Beberapa anggota Kongres AS bersikeras pembunuhan Khashoggi dirancang oleh putra mahkota Saudi dan juga mengkritik kerajaan itu atas dugaan keterlibatan Saudi dalam perang saudara di Yaman.
Namun, Arab Saudi telah menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah. Presiden AS, Donald Trump memuji kesepakatan perdagangan senjata dengan Saudi senilai 110 miliar dollar AS dan mempertahankan hubungan dengan negara anggota OPEC tersebut pasca kematian Khashoggi.
Pemerintahan Trump juga mendorong upaya membangun puluhan pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh Arab Saudi, sebuah gagasan yang menimbulkan kontroversi di antara beberapa pejabat keamanan dan etika nasional di Gedung Putih.
ap/vlz (ap,rtr)