AS di Tengah Krisis Hutang dan Kemarahan Cina
17 Juli 2011Dari lingkungan pemerintahan Amerika Serikat Sabtu (16/07) malam dilaporkan Presiden Barack Obama, Wakil Presiden Joe Biden dan sejumlah anggota Kongres membicarakan berbagai opsi. Namun tidak ada kemajuan berarti dalam krisis hutang Amerika Serikat. Sebelumnya Obama menyerukan kubu demokrat dan republik untuk berkompromi.
"Singkatnya diperlukan pendekatan yang seimbang, saling berkorban, dan kesediaan semua pihak untuk mengambil keputusan yang tidak disukainya. Itu berarti penghematan dalam program domestik. Itu berarti menghemat dalam program pertahanan. Itu berarti mereformasi program seperti kesehatan untuk menekan biaya dan memperkuat program untuk generasi mendatang.“
Obama memerlukan persetujuan Kongres Amerika Serikat untuk dinaikkannya batas hutang saat ini yakni 14,3 triliun dollar.
Sengketa itu juga membuat resah gubernur-gubernur negara bagian Amerika Serikat. Itu situasi yang berbahaya sekaligus konyol melihat apa yang sedang berlangsung. Cukup satu kalimat saja untuk menyelesaikan masalah ini. Naikkan batas hutang nasional. Demikian dikatakan Dannel Malloy gubernur negara bagian Connecticut yang berasal dari partai demokrat. Sabtu (16/07) kemarin dalam pertemuan Asosiasi Gubernur Nasional gubernur Alabama Robert Bentley dari partai republik juga mengatakan, saya sungguh percaya, bahwa kami saat ini di Washington lebih memerlukan negarawan ketimbang politisi, karena ini menyangkut situasi yang harus diselesaikan. Rekan separtainya Gubernur Virginia Bob McDonnell menambahkan „akan menjadi hal yang memalukan bagi Amerika Serikat jika tidak dapat lagi memenuhi kewajiban pembayarannya.“
Jika perundingan untuk itu gagal, diperkirakan tanggal 2 Agustus mendatang Amerika Serikat tidak akan mampu membayar.
Di tengah-tengah sengketa hutang negara, Amerika Serikat juga mengalami krisis dengan Cina. Meskipun kritik hebat dari Cina Presiden Barack Obama tetap menyambut Dalai Lama di Gedung Putih. Obama menekankan pentingnya melindungi hak-hak asasi manusia warga Tibet di Cina. Demikian keterangan Gedung Putih Sabtu (16/07) kemarin. Cina bereaksi marah dengan mengatakan, pertemuan dengan pimpinan tertinggi spiritual Tibet merusak hubungan bilateral kedua negara.
Juru bicara kementerian luar negeri di Beijing Ma Zhaoxu hari Minggu (17/07) ini menyampaikan, pertemuan itu melukai perasaan warga Cina yang melihat adanya campur tangan serius dalam urusan dalam negeri Cina. Situasi yang tidak mudah bagi Amerika Serikat, karena pertemuan antara Obama dengan Dalai Lama terjadi saat berlangsungnya perdebatan mengenai krisis hutang negara itu, yang juga diamati Cina sebagai pemberi kredit terbesar dengan rasa was-was.
Dyan Kostermans/Reuters/dpa