AS Giatkan Upaya Mediasi baru di Timur Tengah
27 Juli 2009Amerika Serikat kembali mendesak digelarnya perundingan damai di Timur Tengah. Utusan khusus AS, George Mitchell, dalam pertemuannya dengan presiden Suriah Bashar Assad di Damaskus hari Minggu (27/07) kemarin, menekankan keinginan pemerintah AS untuk mencari solusi menyeluruh bagi perdamaian di kawasan tersebut.
Menurutnya, untuk mencapai sasaran tersebut negara-negara Arab harus mengambil langkah awal yang diperlukan, "Presiden Obama bertekad memfasilitasi sebuah perdamaian yang komprehensif antara Arab dan Israel. Itu artinya perdamaian antara Palestina dan Israel, antara Suriah dan Israel dan antara Libanon dan Israel. Tentu saja normalisasi hubungan antara Israel dengan semua negara di kawasan."
Kunjungannya kali ini adalah yang kedua sejak Januari lalu. Suriah pada masa pemerintahan George W. Bush sering disebut-sebut sebagai poros kejahatan dan hingga kini masih dianggap menyokong geliat terorisme di kawasan, di antaranya dengan dukungan terhadap gerakan Hizbullah di Libanon dan kelompok garis keras Hamas di Palestina.
"Perdamaian adalah satu-satunya jalan"
Mitchell yang juga mantan senator menggambarkan pertemuannya dengan Presiden Assad yang berlangsung selama satu jam itu sebagai "sangat terbuka dan positif." Dibukanya kembali perundingan damai antara Suriah dan Israel merupakan sasaran jangka pendek yang ingin dicapai pemerintahan Barack Obama, begitu tandasnya.
Mitchel juga menekankan, sebuah perdamaian yang komprehensif adalah satu-satunya jalan untuk menjamin stabilitas, keamanan dan kemakmuran bagi semua negara di kawasan.
Seusai bertemu dengan Presiden Assad, Mitchell bertolak ke Israel untuk menemui Menteri Pertahanan Ehud Barak di Tel Aviv. Selain Mitchell, Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan Penasehat Keamanan Gedung Putih, James Jones serta utusan khusus untuk Iran Denis Ross akan berkunjung ke Israel pekan ini.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan sebelum rapat kabinet hari Minggu (27/07) kemarin, dirinya berharap, dalam serangkaian pertemuan tersebut Israel dan Amerika akan dapat menyingkirkan sejumlah persoalan yang membebani hubungan antara kedua negara.
Polemik seputar pemukiman Yahudi
Netanyahu belakangan kerap mendapat hujan kritik dari Washington lantaran sikap kerasnya seputar pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah Palestina. Obama misalnya menyebut pembangunan 20 rumah susun untuk warga Yahudi di Yerusalem Timur serta merta menghambat proses perdamaian.
Netanyahu sampai saat ini menolak setiap campur tangan asing dalam urusan dalam negeri Israel. Ia bahkan tidak bergeming ketika mitra koalisinya dari Partai Buruh pimpinan Ehud Barak mendesakkan penghentian pembangunan.
Utusan khusus George Mitchell sendiri menyebut silang sengketa antara AS dan Israel beberapa minggu terakhir sebagai "perbedaan pandangan antara teman dekat."
Pada malam harinya Mitchell bertolak ke Kairo atas permintaan Presiden Mesir Housni Mubarrak. Kunjungan tersebut sebelumnya tidak direncanakan pada hari Minggu melainkan hari Selasa. Hari Senin ini Mitchell akan kembali ke Israel untuk melanjutkan lawatannya bersama Menteri Pertahanan Robert Gates.
Sementara itu pemerintah Amerika Serikat mengucurkan dana bantuan sebesar 200 juta Dollar AS kepada Palestina. Dengan dana tersebut, Badan Otonomi Palestina di Ramallah akan dapat menutupi defisit anggaran belanja yang terus membengkak setiap tahunnya.
(RN/ZR/ap/afp/rtr)