Atasi 'Jaring Hantu' di Thailand Bantu Perangi COVID-19
23 Januari 2021Dikenal dengan istilah "jaring hantu", sampah dari industri perikanan yang menguntungkan di negara ini merupakan sumber polusi plastik yang mematikan, karena dapat menjerat penyu hingga memotong lapisan karang yang halus.
Jika dibiarkan tanpa pengawasan, "mereka dapat bertahan selama beberapa dekade, baik menjebak atau menjadi makanan hewan laut", kata Ingpat Pakchairatchakul dari Environmental Justice Foundation yang berbasis di London.
Kepada AFP, Ingpat bercerita belum lama ini timnya yang beranggotakan 30 orang melakukan aksi di lepas pantai Chonburi berhasil memotong benang tebal yang menyelimuti karang di kedalaman 27 meter.
Melindungi makhluk laut
Ingpat adalah bagian dari Net Free Seas, sebuah proyek yang mengambil jaring bekas dan mengubahnya menjadi produk plastik baru - dalam hal ini memenuhi permintaan yang terus meningkat akan alat pelindung seperti pelindung wajah untuk mencegah penyebaran virus COVID-19.
Proyek membersihkan laut dari jaring hantu bertujuan untuk membuktikan bahwa melindungi makhluk laut bisa juga membuahkan keuntungan di Thailand. Inisiatif ini muncul setelah banyaknya protes yang meningkat akibat dampak mematikan plastik pada kehidupan laut.
Salah satu contoh makhluk laut yang sempat diselematkan adalah bayi duyung bernama Mariam, yang terdampar di perairan dangkal dua tahun lalu dan meninggal karena infeksi yang disebabkan oleh lapisan plastik di perutnya.
Kematian Marian memicu curahan duka online masyarakat Thailand yang telah menghabiskan waktu selama berbulan-bulan menonton siaran web langsung dari penyelamat yang mencoba merawat makhluk itu.
Mariam termasuk di antara hampir dua lusin hewan laut besar yang tewas atau terluka yang ditemukan terdampar di pantai Thailand setiap tahunnya, menurut Chaturathep Khowinthawong, Direktur Badan Pengelola Taman Laut Kerajaan. "Lebih dari 70 persen dari mereka terluka akibat jaring hantu dan mengalami luka parah di tubuh mereka," katanya.
"Begitu mereka buntu, peluang bertahan hidup kurang dari 10 persen."
Ingin menyelamatkan laut
Pada tahun pertama beroperasi, Net Free Seas telah menyelamatkan 15 ton jaring limbah yang tersebar di laut.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, jumlah peralatan menangkap ikan yang hilang dan dibuang ke laut mencapai 640 ribu ton.
Skema mengumpulkan jaring hantu dan diproduksi menjadi komoditas yang bisa dijual mendapat dukungan dari komunitas nelayan setempat. "Ini adalah solusi win-win," kata Somporn Pantumas, seorang nelayan di kota tepi pantai Rayong.
"Masyarakat nelayan dapat memiliki sumber pendapatan lain, pantai dan laut bersih, dan nelayan menemukan rasa persahabatan." Pria berusia 59 tahun itu adalah satu dari 700 orang di komunitas nelayan di seluruh Thailand yang menjual jaring usang ke skema tersebut. Somporn dengan mudah diajak untuk berpartisipasi, lantaran sangat mengetahui tingkat pencemaran laut di perairan lepas Rayong - dia mengatakan lebih sering mengumpulkan banyak sampah plastik daripada ikan.
Kelambu yang terkumpul dikirim untuk dicuci, diparut, dicampur dengan plastik bekas lainnya, dan dilebur di Qualy Design, sebuah bisnis kecil yang mencetak peralatan rumah dari barang-barang daur ulang.
Qualy menggunakan jaring untuk membuat pelindung wajah, botol semprotan alkohol, dan layar pembatas meja yang digunakan di restoran-restoran di sekitar Bangkok sejak awal pandemi.
Produk terobosannya adalah tongkat penekan plastik, yang memungkinkan orang menekan tombol lift atau layar sentuh publik seperti konsol ATM tanpa risiko infeksi.
Dibandingkan dengan bahan lain, jaring adalah yang paling sulit untuk dikerjakan dan paling mahal, kata Direktur Pemasaran Perusahaan, Thosphol Suppametheekulwat kepada AFP. "Tapi kami benar-benar mengatasinya karena kami ingin menyelamatkan laut juga," katanya.
ha/yp (AFP, cna)