Bangkok Tenang Sementara Warga Khawatir
23 Mei 2010Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva menyatakan, setelah pembersihan dan pembenahan besar-besaran, pusat ibukota Bangkok akan kembali dibuka Senin (23/05). Di samping itu, sekolah-sekolah, jalan-jalan dan badan pemerintah juga akan kembali berfungsi, setelah ditutup selama beberapa waktu untuk mencegah kedatangan warga sipil ke pusat kota, ketika terjadi bentrokan antara Baju Merah dan militer.
Tetap Ada Jam Malam
"Situasi sekarang tenang dan normalitas telah kembali," demikian dikatakan Vejjajiva dalam sebuah pidato di televisi Minggu (23/05), di mana ia tampak tenang dan penuh keyakinan, setelah krisis berlangsung dua bulan di negara itu, dan meninggalkan korban tewas 86, serta 1.900 lainnya luka-luka. Meskipun demikian, pemerintah memperpanjang jam malam selama empat hari di Bangkok dan 23 provinsi lainnya, dengan alasan keamanan.
Di kalangan warga timbul kekhawatiran, bahwa demonstran akan kembali, setelah jam malam berakhir. Authaiwan Homcharoen, seorang warga Bangkok mengatakan, ia tidak percaya bahwa perlawanan sudah berakhir. Terutama karena demonstran militan yang berbaju hitam tidak ditangkap, demikian Homcharoen. Orang-orang berbaju hitam dianggap pemerintah sebagai penyebab eskalasi.
Pembakaran Oleh Yang Berbaju Hitam
Di dekat Tugu Kemenangan sejumlah pusat perbelanjaan juga dibakar. Itu bukan toko-toko mewah seperti di Rajaprasong, melainkan bangunan yang terdiri dari beberapa tingkat dan berisi ratusan kecil. Penduduk daerah itu memandang dengan sedih bagian kota tempat tinggalnya yang rusak parah. Seorang warga berkata, "Sekelompok orang yang menggunakan sepeda motor datang setelah pertempuran di pusat kota, dan dengan semena-mena membakar semuanya.“
Banyak orang merasa takut untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang mereka alami dan amati. Di mana-mana ada mata-mata, demikian dikatakan seorang biksu. Ia hanya mau berbicara di tempat tersembunyi di sebuah jalan sempit. Di telefon selulernya ia menyimpan foto-foto demonstran yang ditembak.
Di samping aksi protes di Bangkok, perlawanan juga terjadi di kota-kota lain di Thailand. Tanggal 13 Mei lalu, ratusan pendukung Baju Merah membakar balai kota Khon Kaen, di bagian timur laut, dan kantor televisi pemerintah. Sejumlah simpatisan Baju Merah lainnya menyerang rumah politisi Prajak Klaewklarharn, yang menjadi anggota Partai Bhumjai Thai yang sekarang termasuk koalisi pemerintah. Dua demonstran ditembak mati penjaga kemanan. Kejadian serupa juga dilaporkan Rabu (19/05) dari lima kota lainnya, tetapi perlawanan di Khon Kaen adalah yang paling mengerikan.
Pembersihan dan Pembenahan
Sementara itu, di jalan-jalan ibukota Bangkok, pembersihan besar-besaran sedang berjalan. Sisa-sisa tenda dan sampah disingkirkan, setelah militer dikerahkan untuk membubarkan kamp Baju Merah, yang telah melumpuhkan Rajaprasong, daerah bisnis dan perbelanjaan Bangkok, selama enam pekan. Sejumlah besar pekerja dan sukarelawan, termasuk juga warga asing, mencabut poster-poster dan menghapus slogan-slogan politik dari tembok dan bangunan. Banyak dari mereka mengenakan kaus bertuliskan "Bersama-Sama Kita Pasti Mampu"
Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva membela tindakan aparat keamanan saat mematahkan perlawanan Baju Merah. Ketika itu 36 bangunan penting dibakar anggota Baju Merah yang militan, setelah beberapa pemimpinnya dipaksa menyerah. Vejjajiva menyatakan, "Semua senjata yang digunakan berdasarkan standar internasional. Senjata digunakan untuk membela diri dan menetapkan perdamaian serta hukum."
Pemerintah juga menunjukkan sejumlah besar senjata, yang menurut pemerintah ditemukan saat pembenahan kamp Baju Merah. Senjata-senjata itu ditunjukkan pemerintah untuk mencegah kritik dari organisasi HAM serta pemberontak, yang menyatakan diri tidak bersenjata.
Kekerasan Berdarah di Kuil
Namun demikian, Vejjajiva mengaku ada kekhawatiran yang serius menyangkut bentrokan di kuil Pathum Vanaram, di daerah yang diduduki Baju Merah. Kuil itu dianggap "zona aman", tetapi di situ ditemukan enam jenasah dengan luka tembak, setelah kekacauan terjadi saat pembubaran aksi protes. Vejjajiva menekankan, saat terjadi penembakan tidak ada aksi militer. Ia menambahkan, insiden itu akan diselidiki komite independen.
Uni Eropa menyerukan pemerintah untuk menghormati hak-hak demonstran dan menekankan bahwa kekerasan telah merugikan negara itu. Organisasi kemanusiaan Human Rights Watch memperingatkan bahaya setelah pemerintah mengeluarkan ketetapan darurat, yang memungkinkan demonstran ditahan di lokasi tak dikenal.
Pemilu Belum Jelas
Abhisit Vejjajiva mengatakan, ia akan mengusahakan rencana perdamaian untuk menyatukan negara yang terpecah-belah. Tetapi ia tidak memberikan keterangan tentang pemilu baru, yang menjadi tuntutan utama Baju Merah.
Ia hanya mengatakan, "Saya sudah menyatakan, bahwa pemilu baru hanya akan diadakan setelah perlawanan dihentikan, dan syaratnya, situasi kembali tenang." Vejjajiva mengkui, Thailand sedang menghadapi tantangan besar setelah terjadinya perlawanan besar-besaran Baju Merah, yang menilai pemerintah Thailand tidak mewakili kehendak rakyat.
Sebagian besar pengikut Baju Merah adalah pendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang digulingkan tahun 2006 lalu. Milyader itu dituduh melakukan pelanggaran dan korup, tetapi ia mendapat dukung rakyat kecil.
Marjory Linardy/dw/afp/dpa
Editor: Christa Saloh