1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bank Sentral Eropa Naikkan Suku Bunga

3 Desember 2005

Keputusan Bank Sentral Eropa menaikkan tingkat suku bunga sebesar 0,25 persen, memicu komentar tajam dari harian-harian Eropa. Dikhawatirkan, kenaikan suku bunga itu akan semakin melemahkan Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/CPM3
Lambang mata uang Euro di depan Bank Sentral Eropa di Frankfurt
Lambang mata uang Euro di depan Bank Sentral Eropa di FrankfurtFoto: AP

Misalnya Jerman, memperhitungkan tambahan beban anggaran sebesar 500 juta Euro, untuk setiap kenaikan suku bunga sebesar 0,25 persen. Tapi juga dipertanyakan, diperlukan berapa langkah kenaikan suku bunga, untuk menjaga kestabilan moneter Eropa dibanding pemain pasar terpenting lainnya. Harian Perancis Ouest France yang terbit di Rennes menulis komentar, Bank Sentral Eropa terlalu kuat dan Uni Eropa memang lemah. Lebih lanjut harian ini menulis :

"Kritik terhadap direktur Bank Sentral Eropa Jean-Claude Trichet ataupun dominasi moneter, tidak mencukupi untuk membuat analisis. Yang jelas, Bank Sentral Eropa terlalu kuat, dan Eropa justru terlalu lemah. Disinilah para tokoh politik harus memainkan peranannnya. Dengan tegas, mereka harus bekerja menyelaraskan tugas Bank Sentral, dengan tuntutan dan kebutuhan kalangan ekonomi dan masyarakat. Dengan itu, terlihat kebutuhan mendesak bagi penyusunan sebuah politik ekonomi bersama Eropa. Sebab, ke-25 anggota Uni Eropa, sejauh ini belum sepakat dan masih memiliki posisi yang saling bertentangan."

Harian Jerman Die Welt yang terbit di Berlin berkomentar, terdapat ancaman krisis moneter, jika negara sekaya Jerman saja tidak mampu menuntaskan masalah anggaran belanjanya.

"Logikanya sudah jelas. Jerman yang saat ini memiliki utang luar negeri cukup besar, harus membayar suku bunga lebih tinggi kepada para pemberi utang. Sebagai dampaknya, negara-negara yang menjadi pendukung stabilitas Euro, suatu waktu nanti terpaksa harus keluar zone mata uang Euro. Apa yang kelihatannya seperti skenario film horror itu, merupakan ancaman yang nyata. Tidak diragukan lagi, Eropa sebetulnya dapat menanggung beban suku bunga yang lebih tinggi. Jadi, Bank Sentral Eropa seharusnya menaikkan lagi suku bunga, jika tidak menghendaki tindakan setengah-setengah. Jika tidak, terdapat risiko Euro akan menjadi mata uang yang lemah."

Harian Jerman lainnya General Anzeiger yang terbit di Bonn berkomentar, langkah pertama kenaikan suku bunga ini, harus dilanjutkan secara bertahap.

"Dengan suku bunga rendah yang berlaku di Eropa sekarang ini, jurang pemisah antara zone Euro dengan Amerika Serikat terlalu besar. Bank Sentral Amerika, dalam 12 langkah menaikkan suku bunga menjadi empat persen. Perbedaan suku bunga cukup tinggi, dapat melemahkan mata uang Euro. Jika Trichet benar-benar hendak mengikuti haluan Amerika Serikat, keputusan terbarunya menaikkan suku bunga 0,25 persen tidak berarti banyak. Seharusnya pakar perbankan Eropa itu, mengikuti langkah rekan sejabatnya dari Amerika, Alan Greenspan, yang secara bertahap meningkatkan nilai mata uangnya. Jadi, kemana langkah pertama Bank Sentral Eropa ini mengarah, hingga kini tetap belum jelas."

Sementara harian Austria Kleine Zeitung yang terbit di Graz menulis, Bank Sentral Eropa harus dapat menjamin bonafiditasnya.

"Alasan resmi dinaikannya suku bunga Bank Sentral Eropa, adalah untuk meredam inflasi. Menurut hitungan matematika para bankir, nilai mata uang yang lebih tinggi, akan menjamin stabilitas harga. Akan tetapi, apakah hal itu akan membebani konjunktur, yang hingga kini masih tiarap, tidak mempengaruhi hitungan para bankir. Jika Bank Sentral Eropa tidak mengacuhkan kritik yang semakin kencang, kini dipertanyakan, dimana independensi dan bonafiditasnya? Bahkan juga bagaimana dengan haknya untuk eksis?"

Harian ekonomi Perancis La Tribune yang terbit di Paris berkomentar, Bank Sentral Eropa semakin menjauhkan diri dari kenyataan ekonomi sehari-hari.

"Semakin terlihat, Bank Sentral Eropa ibaratnya menara gading, yang terpisah beberapa tahun cahaya dari kecemasan material para direktur perusahaan, ataupun mereka yang mengelola keuangan publik. Yang paling parah, direktur Bank Sentral Eropa, Trichet kini dicap sebagai penggali kubur ekonomi Eropa. Tidak dapat dipungkiri, dialah yang paling yakin, kebijakannya bertujuan untuk kepentingan mata uang Euro. Ibaratnya, ia berdiri sendirian melawan semua orang."