Bantuan Jadi Bisnis Lukratif
29 Juni 2013Mereka menggali sumur, mengoperasikan puskesmas dan membangun sekolah. Gambaran khas tentang pekerja pembantu pembangunan sebagai orang-orang yang ingin memperbaiki dunia tetap bertahan hingga sekarang. Padahal kerjasama pembangunan kini sudah menjadi bisnis menguntungkan. Itu bisa dilihat dari keuntungan yang diperoleh Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) atau organisasi kerjasama internasional milik pemerintah Jerman. Tahun lalu keuntungannya sampai 2,1 milyar Euro.
Kesuksesan ekonomi diakibatkan "haluan strategis baru" GIZ demikian dikatakan kepalanya Tanja Gönner. Yang dimaksud adalah pembukaan cabang bisnis baru, seperti pemberian saran bagi pemerintah Yunani dalam hal reformasi kesehatan, atau peranan dalam hal pelatihan untuk pekerjaan tertentu di AS, di mana GIZ akhir Juni membuka kantor cabang. Penawaran-penawaran seperti itu bagi perusahaan dan negara lain harus diperluas. "Jika kita ingin berkembang, kita harus memikirkan apa yang bisa kita tawarkan", demikian kata Gönner.
Minat Komersial Diutamakan
Haluan baru ini tidak lain "komersialisasi bantuan pembangunan", demikian tuduhan sejumlah pekerja GIZ. Perusahaan milik pemerintah itu terbentuk awal 2011 dari penyatuan Deutschen Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ), InWent dan organisasi bantuan Jerman Deutscher Entwicklungsdienst (DED). Pemberi tugas utama GIZ adalah departemen pembangunan. Sekitar 11% berasal dari tugas dan pembiayaan dari perusahaan swasta, yayasan, organisasi dan pemerintah asing.
Bentuk kerja DED selama ini, yaitu mencari partner lokal, dan membangun dari dasarnya sepenuhnya hilang. Itu keluhan Manfred Dassio dari ikatan bekas pekerja pembangunan. Mereka sekarang mengusahakan pendirian organisasi bantuan bagi pengiriman pakar. Dassio mengkritik, bahwa GIZ tidak mengutamakan dukungan bagi masyarakat sipil jika memilih negara mitra. "GIZ mengatakan sendiri, mereka bertindak sesuai prinsip-prinsip perdagangan. Semua harus ada untungnya", demikian dikatakan Dassio dalam wawancara dengan DW. Solidaritas dan struktur yang adil di negara mitra bukan tujuan utama lagi.
Pendidikan sebagai Kunci Pembangunan
Dengan haluan barunya GIZ mengarah pada kebutuhan negara-negara berkembang. Kata anggota dewan pimpinan GIZ Hans-Joachim Preuß. Jumlah negara, di mana bantuan pembangunan masih dibutuhkan, semakin berkurang. Menurutnya, yang diinginkan bukan lagi pembuatan sumur, melainkan sistem penyediaan air dan kanalisasi. Bukan puskesmas, melainkan pengadaan asuransi kesehatan. Bagi Preuß ini bukti keberhasilan kerjasama pembangunan.
Manfred Dassio, yang dulu menjadi kepala kantor DED di Kamerun membenarkan, banyak bidang pekerjaan, di mana dulu dibutuhkan pekerja pembangunan, sekarang sudah diambil alih orang-orang dari negara itu sendiri. Itu juga hasil politik pembangunan Jerman yang berjalan 50 tahun terakhir.
DED didirikan 1963 dalam rangka kunjungan Presiden AS John F. Kennedy ke Jerman. Badan itu dibentuk dengan mencontoh badan AS "Peace Corps". 110 pekerja pembangunan untuk pertama kalinya dikirim ke Tanzania, Libya, Afghanistan dan India tahun 1964. Hingga 1994 DED mengirim 10.000 tenaga ahli ke luar negeri. Ulang tahunnya yang ke-50 tidak lagi dialami organisasi itu. Hingga penyatuannya dengan GTZ dan InWent dua tahun lalu, DED telah mengirim 160.000 pekerja pembangunan ke lebih dari 50 negara mitra.