Bantuan Pangan bagi Kelas Menengah Yunani
16 Januari 2014Di pinggiran kota Athena, tepatnya di wilayah Kifissia yang elegan dan hijau, Maria Kefalas-Salmatani mendistribusikan makanan dan obat-obatan bagi mereka yang membutuhkan. Tahun 2003, ia terpilih menjadi anggota Dewan Kota - dengan janji membangun rumah baru bagi anak-anak cacat. Namun sejak itu, prioritas pemerintah kota telah berubah akibat krisis ekonomi. Dulu pendanaan datang dari sebuah program Uni Eropa. Kini proyek bantuan ini terutama didanai oleh donasi swasta. Akhir Januari 2014, pemerintah setempat di Kifissia juga akan membuka apotek sosial untuk mereka yang memerlukan.
"Di Kifissia, banyak keluarga kelas menengah yang menghadapi mimpi buruk karena tidak ada anggota keluarga yang bekerja," kata Kefalas-Salmatani yang berusia 62 tahun. Mereka adalah keluarga-keluarga yang sebelumnya mempunyai pemasukan ganda karena baik ayah maupun ibu dalam keluarga itu bekerja. Para wirausaha yang terbenam utang juga terpaksa bergantung pada bantuan karena tidak mampu membeli makanan sendiri.
Harus diam-diam
Sebanyak 19 pekerja pemerintah kota menangani distribusi pangan sehari-hari, dibantu oleh para sukarelawan. 170 orang telah mendaftarkan diri untuk menerima bantuan pangan di Kifissia. Jumlah mereka yang membutuhkan kemungkinan jauh lebih besar, karena banyak keluarga yang dulunya berlimpah uang yang terlalu gengsi untuk mengakui kesulitan ekonomi mereka dan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, ungkap Maria Kefalas-Salmatani.
"Seringkali kami hanya mendapatkan isyarat halus dari para tetangga, misalnya, tidak ada lampu yang menyala di rumah sebelah, yang berarti sambungan listrik sudah diputus," ujar sang anggota dewan. Dalam kasus seperti ini, psikolog dan staf konsultasi sosial akan mencoba untuk menghubungi keluarga yang bersangkutan dan menyediakan bantuan - tanpa gembar-gembor.
Juga di Psychikon, sebuah wilayah pinggiran kota di bagian utara Athena, memberi bantuan secara diam-diam menjadi prioritas utama, jelas Walikota Pantelis Xyridakis. Banyak di antara mereka yang terkena dampak krisis tidak pernah membayangkan akan kesulitan dan kini terlalu malu untuk minta bantuan, sehingga pemerintah kota muncul dengan ide yang tidak biasa.
"Satu setengah bulan yang lalu, kami membuat kios untuk menerima bantuan pangan dari siapa pun," ucap Xyridakis. "Kios ini lokasinya tepat di depan supermarket besar di tengah kota, namun bantuan makanan diberikan kepada mereka yang membutuhkan di tempat lain, di sebuah tempat yang tersembunyi". Ada alasan yang bagus untuk itu: Menurut sang walikota, siapa pun yang menyumbang ingin terlihat dan pada akhirnya memotivasi yang lain untuk ikut menyumbang. Mereka yang hidup dari bantuan, sebaliknya, lebih memilih untuk tidak terlihat.
Berdatangan ke gereja
Sebelum krisis ekonomi pecah, harga rumah mencapai 10.000 Euro per meter persegi bukan hal yang aneh di Psychikon. Bahwa pemerintah kota harus memberi bantuan pangan, tidak mungkin terpikirkan saat itu. Namun dalam beberapa tahun terakhir, 120 orang telah mendatangi pusat distribusi pangan. Sekali sepekan masing-masing mendapatkan paket bantuan yang menyeluruh termasuk makanan, untuk memenuhi kebutuhan seminggu. Saat Natal, pemerintah kota Psychikon juga menggelar perayaan bersama.
Ini juga menjadi kesempatan bagus untuk mengenal setiap orang secara pribadi dan menginformasikan jenis bantuan lainnya, kata Xyridakis. Meski sang walikota tidak tahu angka persis mereka yang membutuhkan, karena banyak diantaranya yang tidak mendaftar ke pemerintah kota, namun memilih pergi ke gereja-gereja. "Kami memperkirakan sedikitnya 300 orang di kota kami yang pergi ke distribusi pangan yang diorganisir oleh gereja - setiap hari," jelas walikota berusia 53 tahun itu. Gereja Katolik, yang memiliki pusat distribusi pangan sendiri, dikenal aktif.