Bayar Imunisasi Pakai Sampah? Jangan Heran, Ada di Kendal!
19 Juni 2020Ada sebuah terobosan unik yang dilakukan oleh Puskesmas Kendal II yang berlokasi di Desa Karangsari, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Sejak Januari 2020 lalu, warga yang ingin mengimunisasi balitanya di puskesmas ini diperbolehkan mengganti jasa suntikan imunisasi dengan menggunakan sampah anorganik.
Sri Sahadatin, Kepala Puskemas Kendal II yang akrab disapa Titin, menerangkan bahwa program pelayanan imunisasi yang diberikan kepada masyarakat sebenarnya tidak dipungut biaya alias gratis. Namun, sejak 2019 lalu, puskesmas di Kabupaten Kendal telah menerapkan sebuah sistem bernama BLUD, yang mengatur tentang biaya jasa tindakan suntikan senilai 15 ribu rupiah. Biaya inilah yang kemudian diperbolehkan diganti menggunakan sampah anorganik, oleh puskemas Kendal II.
"Kalau pasien yang imunisasi tidak membawa sampah, mereka harus mengganti Rp 15.000 sebagai jasa suntikan itu tapi sebenarnya program imunisasinya gratis,” kata Titin saat diwawancara DW, Rabu (17/06).
Berawal dari gerakan MARIMAS
Titin menyebutkan, terobosan penggantian jasa tindakan imunisasi dengan sampah anorganik ini berawal dari sebuah gerakan bernama Mari Bersama Menabung Sampah (MARIMAS) yang ia inisiasi sejak Oktober 2018. Tujuannya sederhana, yaitu untuk mengurangi volume sampah di wilayah Kendal.
Gerakan ini awalnya hanya ditujukan bagi seluruh karyawan yang bekerja di Puskesmas Kendal II saja. Mereka diwajibkan membawa sampahnya sebulan sekali untuk ditabung di Bank Sampah Resik Becik yang berlokasi di Kelurahan Langenharjo di Kendal. Namun, seiring berjalannya waktu, inovasi tersebut terus berkembang, sehingga pada Januari 2020, warga yang ingin mengimunisasi balitanya turut dilibatkan dalam gerakan ini.
"Karena inovasi itu harus berjalan terus, tidak boleh mandek akhirnya saya dan tim itu mencari pelayanan apa yang sudah selama ini berjalan dan gratis, untuk bisa ikut berpartisipasi dalam MARIMAS tersebut. Kami pilih pelayanan imunisasi,” ujar Titin.
"Pelayanan imunisasi itu rutin dilakukan, sebulan tiga kali, setiap tanggal 5, 15, dan 25 dan pesertanya banyak,” tambahnya.
Sampah anorganik yang bisa dibawa warga untuk mengganti ongkos jasa suntikan imunisasi terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu kardus, botol plastik, koran atau buku bekas.
Puskesmas juga tidak mematok berapa berat sampah yang harus dibawa. "Kami hanya memberikan kardus 3 (buah), botol 5 (buah) seperti itu,” jelas Titin.
Masih memiliki nilai ekonomi
Meski terlihat sederhana, ada harapan besar yang ingin Titin wujudkan lewat program ini. Ia ingin masyarakat dibiasakan melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah, agar volume sampah di wilayah Kabupaten Kendal yang mencapai 1.500 meter kubik per harinya bisa berkurang.
Selain sebagai sarana edukasi warga untuk menjaga kebersihan lingkungan, program ini juga menurut Titin jadi bukti bahwa sampah anorganik masih bisa dikelola, dengan cara ditabungkan ke bank sampah sehingga masih memiliki nilai ekonomi.
"Itu ada buku tabungannya, jadi ada bukti konkret kalau sampah yang dimiliki oleh puskesmas itu ditabungkan ke bank sampah kemudian ada buktinya dengan buku tabungan sampah,” tandasnya.
Titin yakin puskemas lain di Indonesia dapat menjalankan inovasi serupa. Tentu saja dengan harapan, "sampah itu bisa dipilah, bisa dimanfaatkan kembali, bisa didaur ulang dan bisa menjadi barang yang bisa dipakai lagi oleh masyarakat.”
"Setiap orang, setiap keluarga itu penghasil sampah, bener ndak? Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi menghasilkan sampah ndak? Menghasilkan kan? Berarti sebenarnya siapapun orang yang hidup itu penghasil sampah toh otomatis begitu, akhirnya semua puskesmas pun menurut saya bisa saja menerapkan ini dengan baik,” jelas Titin.
Lebih jauh, Titin mengakui bahwa bank sampah di Kabupaten Kendal masih belum memiliki tempat secara permanen. Ia berharap dengan adanya gerakan MARIMAS ini nantinya Kabupaten Kendal dapat memiliki bank sampah permanen yang bisa bermanfaat khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Kendal. (gtp/as)