Bentrokan Kacaukan GP Bahrain
20 April 2012Bentrokan Kamis malam (19/4) antara demonstran dan pasukan keamanan Bahrain di wilayah pemukiman kaum Syiah berlanjut hingga Jumat dini hari. Lokasi demonstrasi berada di sekitar ibukota , jauh dari sirkuit balapan Formula 1 yang menjadi perdebatan. Polisi menembakkan gas air mata dan melemparkan granat asap untuk membubarkan massa.
"Tiga hari kemarahan"
Pemrotes membakar ban dan sempat memblokir beberapa jalan utama menuju sirkuit Sakhir, dimana Jumat (20/4) sesi latihan balapan F1 dimulai. Gerakan pemuda 14 Februari menyerukan melalui situs jaringan sosial, agar warga turut serta dalam aksi "tiga hari kemarahan" bersamaan dengan saat digelarnya Grand Prix Bahrain untuk menarik perhatian dunia internasional.
Jumat (20/4), salah satu tim balap Formula 1 Force India mengumumkan akan mengakhiri sesi latihan kedua lebih awal karena khawatir akan masalah keamanan. Keputusan ini diambil sehari setelah dua anggota tim Force India menuntut untuk keluar dari Bahrain, setelah sebuah bom molotov disebut-sebut meledak dekat teknisi tim tersebut. Selain itu, ada laporan bahwa protes anti pemerintah akan dimulai pukul 4 sore waktu setempat. Ini berarti 30 menit setelah sesi latihan berakhir.
GP Bahrain "penghargaan" bagi rezim kejam
GP Bahrain dibatalkan tahun lalu karena protes anti pemerintah. Tahun ini, berita menjelang balapan mobil Formula 1 juga disertai berita bentrokan kekerasan. Dinasti Sunni yang berkuasa mendukung digelarnya balapan tersebut, tetapi ditentang demonstran kaum Syiah yang menganggapnya sebagai penghargaan bagi rezim yang kejam terhadap rakyatnya.
Bahrain ikut bergolak sejak maraknya gerakan demokrasi dimulai di Mesir dan Tunisia tahun lalu. Aksi protes sempat terhenti, setelah pemerintah menggunakan cara kekerasan untuk mengendalikan massa. Belasan warga dikabarkan tewas. Namun, generasi muda masih terlibat bentrokan setiap hari dengan polisi anti huru hara di kawasan kaum Syiah dan ribuan warga lainnya dilaporkan turut serta dalam demonstrasi yang diprakarsai kelompok oposisi.
Vidi Legowo-Zipperer (rtr, afp)
Editor: Agus Setiawan