Bentrokan Terbaru di Filipina Selatan
11 Juli 2007Edgardo Guerra seorang jenderal Filipina dalam wawancara khusus dengan radio DW mengatakan:
"Ada 14 korban tewas yang jatuh dari pihak marinir. 10 orang malah dipenggal. Ini jelas tindakan biadab. Kelompok manapun yang melakukannya, harus mempertanggung-jawabkan perbuatan itu. Dan kami akan berupaya mencari pelaku tindakan tak manusiawi ini. Karena mereka terus saja melakukan tindakan memenggal kepala para prajurit yang terbunuh dalam pertempuran".
Jenderal Edgardo Guerra adalah Ketua tim pemerintah filipina untuk penghentian permusuhan dengan Front Islam untuk Pembebasan Moro (MILF). Sementara itu, menurut juru bicara marinir Filipina, Ariel Caculitan, peristiwa hari Selasa itu melibatkan sekitar 80 anggota Marinir yang tengah mencari keberadaan seorang pastor Italia yang diculik dan dikabarkan dibawa ke pulau basilan. Namun mereka disergap oleh 500an anggota MILF yang didukung kelompok teroris Abu Sayyaf.
Tetapi ketua perunding MILF, Mohaqher Iqbal membantah keterlibatan kelompok Abu Sayyaf dalam peristiwa itu. Kendati katanya, pelaku pemenggalan kepala bukan MILF. Disebutkan Mohaqher Iqbal, pemenggalan kepala tzerhadap jenazah dilarang dalam Islam. Sedangkan mayat dari 10 dari 25 serdadu yang mereka tewaskan, kata Iqbal, dipenggal belakangan oleh kelompok yang tak diketahui.
Militer mengaku berhasil menewaskan sekitar 20 militan. Sebaliknya MILF mengaku hanya kehilangan 4 korban tewas dan 7 orang luka. Dalam versi MILF, marinir yang tewas mencapai 25 orang. Mereka juga mengaku berhasil merampas 27 senapan dan menghancurkan dua truk marinir. Versi mana yang benar, yang jelas bentrokan 9 jam itu merupakan yang paling banyak memakan korban militer sejak tahun 1980an.
Di sisi lain, Mohaqer Iqbal juga menyalahkan tentara pemerintah yang ditudingnya melanggar gencatan senjata dengan masuk ke wilayah mereka. Mohaqher Iqbal menyatakan bentrokan itu tak akan terjadi jika saja pasukan pemerintah berkoordinasi dengan MILF sebelum bergerak ke Pulau Basilan.
Gencatan senjata antara pemerintah Filipina dan kelompok MILF yang disepakati tahun 2003, sebetulnya berjalan cukup baik. Kini banyak pihak mencemaskan, bentrokan terakhir kemarin akan merusak seluruh proses perdamaian dibangun dengan susah payah. Namun Jenderal Edgardo Gurrea menepis kecemasan itu. Katanya:
"Saya kira seharusnya kejadian ini tidak menghancurkan proses perdamaian. Baik pemerintah Filipina maupun MILF mengerahkan para petugasnya di lapangan untuk menurunkan ketegangan. Dan kedua belah pihak bekerja serius melalui kelompok-kelompok pemantau perdamaian di lapangan, untuk mengupayakan kembalinya perdamaian sebagaimana di masa lalu.