Berlin Menggenjot Penghematan Energi
28 Desember 2013Berlin bertekad menunjukkan bahwa bahkan hotel-hotel megah di sana ramah lingkungan. Hotel Mövenpick, dekat Potsdamer Platz yang tersohor, tengah berupaya memperkuat imej mereka sebagai hotel hijau. Manajer hotel Frank Hörl menyampaikan rencana mengurangi emisi karbondioksida hotel sebesar 10 persen pada akhir tahun 2013.
Hörl mengatakan upaya mereka untuk lebih ramah lingkungan merupakan respon terhadap permintaan konsumen, termasuk untuk mencari penyuplai lokal, "Kami ingin kerjasama dengan penyuplai lokal, mereka yang berdagang di wilayah ini dan tidak selalu mengambil bahan pangan dari lokasi yang jauh."
Sekedar tren atau jangka panjang?
Sebagian berkat turisme, Berlin secara perlahan keluar dari utang bernilai lebih dari 60 milar Euro. Turis mancanegara kini memastikan bahwa Berlin menjadi salah satu tempat singgah mereka dalam tur Eropa.
Warga Berlin sendiri memiliki reputasi gemar berhemat dan ramah lingkungan. Pemerintah kota berusaha mengadopsi reputasi ini. Departemen lingkungan dan pengembangan kota sudah meluncurkan inisiatif yang memungkinkan warga untuk mengunjungi sekitar 100 proyek ramah lingkungan. Mulai dari perumahan, hotel, lokasi industri, institusi pemerintahan, pameran dan klub malam ramah lingkungan.
Inisiatif ini disebut 'Berlin Saves Energy' dan juga dimaksudkan untuk memperlihatkan sudah sejauh apa pemerintah kota Berlin mencapai target lingkungan mereka.
Robert Volkhausen, dari perusahaan konsultan energi EUMB-Pöschk, membantu perencanaan proyek. "Berlin sangat tertarik dengan efisiensi energi serta menemukan cara-cara baru untuk mengatasi masalah harga energi di masa depan," ungkap Volkhausen.
Inisiatif yang digelar selama sepekan itu bahkan menawarkan konsultasi dengan para pakar untuk menjawab pertanyaan warga yang ingin mengurangi tagihan listrik mereka. "Pertanyaan seperti: kalau saya ingin membangun gedung baru atau merenovasi gedung lama, dari mana saya bisa mendapatkan dana, program-program pemerintah, dan sebagainya," jelas Volkhausen.
Warga Berlin sangat senang berhemat. Bagi mereka, mengganti jendela tua, menginsulasi pipa air panas dan menyegel loteng tua termasuk dalam agenda berhemat. Namun karena 85% warga Berlin menyewa tempat tinggal mereka, mengorganisir renovasi semacam itu jelas sulit. Ini juga bisa menjadi prosedur yang mahal. Di Jerman, teknologi efisien energi terlengkap untuk rumah bisa menelan biaya hingga 70.000 Euro.
Investasi jangka panjang
Namun tampaknya warga Berlin semakin memaklumi ide ini. Pada pekan energi, saat perusahaan konsultan lingkungan ENEO menawarkan nasehat gratis terkait penghematan energi, konsultan Christine Heuer bercerita betapa warga begitu haus akan informasi. Tapi ia juga menambahkan bahwa untuk warga, ini adalah bentuk investasi jangka panjang.
"Modernisasi seluruh rumah bisa memakan waktu 10-15 tahun. Di banyak kasus, generasi berikutnya yang merasakan keuntungan," tutur Heuer.
Sementara rumah-rumah yang sudah ada direnovasi untuk menghemat energi, membeli rumah baru yang lebih berkelanjutan adalah sesuatu yang mulai diminati warga Berlin, kata arsitek Jochen Zinke.
Mereka yang ingin membangun rumah turut mempertimbangkan aspek finansial, estetika dan tren konstruksi, paparnya, "Kami menciptakan rumah yang memiliki arsitektur menarik, tapi juga dilengkapi jendela berkualitas tinggi, materi dan komponen insulasi terbaik."
Target yang ambisius
Berlin berencana mengurangi emisi CO2 hingga lebih dari 40 persen pada tahun 2020, apabila dibandingkan dengan level pada tahun 1990.
Ini sebuah target yang ambisius, yang mungkin saja tercapai. 'Carsharing' atau berbagi mobil sudah menjadi tren besar di Berlin. Hanya ada 324 mobil per 1.000 penduduk. Itu angka yang sangat rendah untuk sebuah kota metropolitan. Sistem transportasi publik yang sangat padu juga membantu mengurangi emisi CO2.
Bagi manajer Hotel Mövenpick, Hörl, tantangan terbesar masih akan datang, seiring semakin banyaknya orang yang datang di Berlin. Kota itu mendapatkan sekitar 60 juta pengunjung setiap tahun. "Ini berarti lalu lintas yang padat," ucap Hörl.
Namun bagi ibukota Jerman, di mana kreativitas merupakan jalan hidup, warga Berlin pasti mampu menemukan solusi.