Bisnis Daur Ulang Sampah Elektronik
6 September 2014Sebuah kontainer baru tiba, penuh dengan sampah elektronik dari negara lain. Alat-alat elektronik itu kemudian dipreteli di instalasi daur ulang milik negara, tidak jauh dari ibukota Kenya, Nairobi. Tiap bulan, para pekerja menangani hampir 60 ton sampah elektronik.
Pemerintah berencana, produsen alat-alat seperti Microsoft, Nokia dan Hewlett-Packard harus turut membiayai daur ulang zat-zat berbahaya. Daur ulang dilakukan perusahaan pemerintah, East African Compliant Recycling.
Manajer pengembangan bisnisnya, Vicky Onderi menjelaskan, "Misalnya tabung fosfor, yang mengandung air raksa. Kami akan mengeluarkan dana untuk menangani air raksa karena dampaknya yang negatif. Dalam hal inilah peraturan diterapkan. Produsen barang-barang itu harus membayar, agar kami mendapat uang untuk membersihkannya dari lingkungan hidup."
Membeli dari pedagang kecil
Pekerja perusahaan daur ulang pergi dan mengambil zat berbahaya dari pedagang-pedagang kecil dan tempat reparasi barang elektronik, yang mengurai sampah elektronik dan mengambil bagian yang berharga. Selama ini zat berbahaya seperti timah hitam dibuang atau dibakar, sehingga merusak lingkungan.
Undang-undang baru kini mewajibkan mereka untuk menyerahkan sisa sampah elektronik kepada instalasi daur ulang milik negara. Salah seorang dari mereka adalah Joyce Nyawira. Ia dibayar berdasarkan jumlah sampah elektronik yang ia serahkan. Sebulan ia bisa mendapat uang sekitar 692.000 Rupiah. Lebih dari sebagian besar orang di lingkungannya. Uang itu cukup untuk memberi makan anak-anaknya.
Tetapi pekerjaan itu maknanya jauh lebih besar daripada sekedar pendapatannya. Joyce Nyawira mengatakan, "Di lingkungan ini, saya bisa bilang, kami telah melakukan sesuatu yang baik. Karena lingkungan bersih, lebih bersih daripada tahun lalu. Jadi sekarang bagus."
Nampaknya ini bisnis bagus bagi semua orang. Sampah elektronik beracun bisa ditangani secara tepat, dibiayai perusahaan produsen. Contoh ini bisa diikuti di mana-mana. Negara-negara Afrika lain seperti Uganda sedang memperhitungkan untuk melakukan model daur ulang dari Kenya ini.