Bundeswehr Lanjutkan Misi Enduring Freedom
11 November 2006Meski hanya 500 militer Bundeswehr yang terlibat dalam perang anti teror itu, Jerman saat ini bisa menugaskan maksimal 1800 tentara. Sementara bagi 330 marinir Jerman, keputusan Parlemen Jerman berarti, mereka harus melanjutkan tugasnya di Semenanjung Afrika.
“Selamat siang Kapten! Mata ke depan! Pasukan bergerak!”
Setiap hari selama lima tahun terakhir marinir Jerman bertugas di bawah terik matahari tropis Semenanjung Afrika. Sekitar 250 tentara marinir, 80 ahli logistik dan dua kapal Jerman tergabung dalam aliansi marinir internasional yang menjaga 3.000 kilometer wilayah pesisir Semenanjung Afrika.
Pasca serangan 11 September di Amerika Serikat, Jerman merupakan salah satu negara yang mendukung operasi anti teror “Enduring Freedom”. Sekarang mandat militer Jerman, Bundeswehr, diperpanjang satu tahun oleh parlemen Jerman. Keputusan itu didukung 436 anggota parlemen, sementara 101 suara menentangnya dan 26 anggota abstain. Di pihak pendukung terdapat Partai sosial demokrat (SPD), partai Kristen Demokrat (CDU) dan partai liberal. Sedangkan partai Hijau dan partai-partai kiri menentangnya. Meski begitu, kritik bukan saja terdengar dari partai-partai oposisi. Perdebatan khususnya terdengar mengenai cara operasi itu melawan terorisme. Hans-Ulrich Klose, anggota partai sosial demokrat (SPD) menilai bahwa Eropa tidak boleh menunjukan kelemahan.
Hans-Ulrich Klose: “Mengakhiri mandat Bundeswehr dalam Enduring Freedom memberikan isyarat bahwa Eropa itu lemah. Hal itu bisa dijadikan bukti oleh kelompok Taliban dan jaringan teror internasional, bahwa strategi mereka berhasil. Itu tidak boleh terjadi.”
Menurut mandat itu, selain 330 marinir Jerman yang ditugaskan di perairan selatan Afrika, Jerman dapat juga menugaskan 100 anggota pasukan elit, KSK. Politisi partai Kristen Demokrat Jerman (CDU) mengingatkan, bahwa sejak pemerintah Jerman dikendali oleh koalisi besar, tidak ada satupun anggota KSK yang ditugaskan untuk operasi di Semenanjung Afrika. Beberapa tahun terakhir, anggota pasukan elit ini seringnya ditugaskan di Afghanistan. Tampaknya penugasan itulah yang menjadi fokus kritik Partai Kiri. Hal itu jelas dalam kritik Ketua Partai Kiri, Oskar Lafontaine.
Oskar Lafontaine: “Pelanggaran Hak Azasi Manusia terjadi dalam perang seperti ini, semakin banyak warga yang tewas. Perang itu berulang kali melanggar konvensi Jenewa.”
Lafontaine menambahkan, bahwa penempatan pasukan bukannya mengurangi ancaman terorisme, melainkan meningkatkan kemungkinan serangan teror di Jerman. Juga partai Hijau yang merancang mandat ini ditahun 2001, menentang perpanjangan mandat itu. Mereka menilai pelaksaan operasi "Enduring Freedom" tidak mendukung upaya-upaya membangun suatu negara, yang justru dibutuhkan untuk melawan terorisme.