CEO Boeing Akui Bersalah, Janji akan Sepenuhnya Transparan
10 Januari 2024Chief Executive Officer (CEO) Boeing Dave Calhoun mengaku bertanggung jawab atas ledakan di udara dalam penerbangan Alaska Airlines minggu lalu, dan berjanji bakal "transparan sepenuhnya" saat pabrik pesawat ini tengah bergulat dengan dampaknya.
"Kami akan melakukan pendekatan dengan mengakui bahwa ini adalah kesalahan kami," kata Caulhoun kepada para pegawainya dalam sebuah pertemuan Selasa (09/01).
Pernyataan itu menjadi pengakuan publik pertama Boeing atas kesalahan yang terjadi sejak insiden tersebut.
Rapat besar Boeing diadakan usai sebuah sumbat di segel pintu keluar yang tidak dipakai terlepas ketika pesawat mulai menambah ketinggian, yang membuat pesawat kehilangan tekanan pada ketinggian 16.000 kaki atau sekitar 4,9 kilometer.
Pesawat yang berpenumpang 171 orang dan 6 orang awak itu terpaksa melakukan pendaratan darurat, kembali ke Bandara International Portland, tanpa ada yang mengalami cedera serius.
Badan Administrasi Penerbangan Federal (federal Aviation Administration/FAA) Amerika Serikat (AS) melarang terbang seluruh pesawat Boeing 737 Max 9 untuk diperiksa, sehingga menyebabkan ratusan penerbangan dibatalkan.
Berjanji bakal transparan
Calhoun berkomitmen untuk bekerja sama dengan Badan Nasional Keselamatan Transportasi AS (US National Transportation Safety Board/NTSB), yang saat ini tengah menyelidiki insiden tersebut.
"Kami akan melakukan pendekatan dengan 100% dan transparansi penuh di setiap prosesnya," kata Calhoun dalam pernyataan yang dirilis oleh Boeing.
NTSB bakal berupaya "sebaiknya," dan "Saya percaya setiap langkah yang mereka ambil, pasti bakal ada kesimpulannya," ujar dia.
Pada Senin (08/01), penyelidik NTSB menyatakan kalau bagian tersebut tidak ditempelkan secara layak. Sementara itu, Alaska Airlines dan United Airlines, dua maskapai pengguna Boeing 737 Max 9, melaporkan kalau ada perangkat keras dari beberapa pesawat tersebut yang longgar saat pemeriksaan awal.
Pemeriksaan secara detail sedang berlangsung
Pada Selasa (09/01), FAA mengaku pihaknya masih bekerja sama dengan Boeing untuk menyelesaikan instruksi inspeksi mendetail terhadap pesawat yang dilarang terbang.
"Pihak Boeing mulanya menawarkan instruksi itu kemarin, kemudian mereka revisi kembali karena mendapat respons," ujar FAA.
"Setelah menerima versi revisi instruksi dari Boeing, FAA bakal melakukan tinjauan secara menyeluruh.”
Calhoun menyebut bahwa raksasa penerbangan itu bekerja sama dengan sejumlah regulator dan maskapai penerbangan untuk memastikan bahwa insiden semacam itu "”tidak akan pernah terjadi lagi”.
Tiga Boeing 737 Max 9 Lion Air dilarang terbang
Pada Senin (08/01) pihak Kementerian Perhubungan Indonesia melarang terbang pesawat Boeing 737 Max 9 sejak Sabtu (06/01) yang dioperasikan oleh Lion Air, meskipun konfigurasi pesawat ini berbeda dengan milik Alaska Airlines.
Tiga pesawat Boeing 737 Max 9, satu-satunya pesawat jenis ini yang dimiliki Indonesia, dilarang terbang hingga pemberitahuan lebih lanjut. Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati.
Pesawat Lion Air memiliki "pintu darurat kabin tengah tipe II”, sedangkan Alaska Airlines memiliki "sumbat pintu keluar tengah,” ujar Adita.
"Artinya sistem bagian tengah pintu darurat berfungsi dan dapat digunakan untuk evakuasi,” tambah dia.
Kementerian Perhubungan bakal berkoordinasi dengan FAA, Boeing dan Lion Air untuk memantau situasi ini dan menambahkan bahwa "keselamatan operasional bakal menjadi prioritas kami."
Seorang juru bicara Lion Air juga mengatakan saat ini pihak mereka mengadakan inspeksi lebih lanjut terhadap pesawatnya guna memastikan mekanisme pintu darurat bekerja secara normal.
mh/rs (AFP, Reuters)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!