Chili Lawan Rencana Perusahaan Energi
29 Juli 2011Dari helikopter, provinsi Aysen di Patagonia tampak tidak tersentuh tangan manusia. danau-danau raksasa, rimba es, lembah-lembah dengan aliran air yang deras, pegunungan yang tidak dihuni dan sejumlah besar lereng gunung yang berakhir di Samudra pasifik. Dua dari lembah tersebut, yaitu lembah sungai Pasqua dan Baker rencananya akan dibuah menjadi air terjun yang menghasilkan energi, dan dengan lima bendungan besar, memasok kebutuhan listrik Chili saat ini.
Ancaman bagi ekologi tidak diperhatikan para insinyur. Salah satu dari mereka mengatakan, mereka hanya akan membanjiri lebih sedikit dari 6.000 hektar dan menghasilkan 2.700 megawatt. Perbandingan ini membuat proyek mereka pembangkit listrik tenaga air yang paling efisien di dunia, demikian dikatakannya.
Aliran Listrik Tegangan Tinggi
Proyeknya disebut Hidroaysen. Proyek itu hanya berguna, jika aliran listrik tegangan tinggi sepanjang 2.000 km dibuat, yang menyalurkan listrik dari Chili selatan menuju kota besar Santiago dan ke tambang-tambang tembaga di bagian utaranya. Itu akan menjadi aliran listrik tegangan tinggi yang paling panjang di dunia. Melalui fyord, hutan rimba, ngarai gunung berapi, kawasan gempa bumi dan taman nasional.
Dana 200 juta Dolar sudah direncanakan dan ditanamkan dalam pemasaran, walaupun ijin bangunan belum dikeluarkan pemerintah. Daniel Fernandez, wakil direktur proyek Hidroaysen, memberikan keterangan tentang proyek itu bersama Presiden Chili Sebastian Pinera. Keduanya menggambarkannya sebagai sesuatu yang seolah harus dilaksanakan karena tidak ada alternatif lain.
"Chili melipatgandakan kebutuhan energinya antara tahun 1987 dan 1996, setelah itu hingga tahun 2000 kembali berlipatganda. Saya harap kita akan berkembang empat sampai lima persen, untuk memberikan kesempatan bagi lebih banyak orang. Itu perlu banyak energi, dalam 15 tahun mendatang kebutuhan masih akan bertambah dua kali lipat lagi,“ demikian Fernandez.
Perkembangan Ekonomi dan Kebutuhan Energi
Pada kenyataannya, Chili sampai sekarang tidak berusaha untuk mutuskan kaitan antara perkembangan ekonomi dan kebutuhan akan energi. Listrik dari tenaga air, gas atau batu bara digunakan oleh industri pertambangan. Sejumlah besar instalasi listrik baru jadi masalah yang dipersengketakan. Di antaranya pengolahan baru bara, yang langsung merugikan masyarakat yang tinggal di sekelilingnya dengan polusi udara.
Tetapi tidak ada yang menyebabkan tantangan sebegitu besar selain rangkaian bendungan yang akan didirikan di bagian paling selatan negara itu. Puluhan ribu orang, sebagian besar warga muda Chili, mengadakan demonstrasi di depan istana negara. Mereka tahu, sekitar 70% rakyat sekarang mendukung mereka.
Patricion Rodriguez, juru bicara ikatan aksi Patagonia tanpa Bendungan mengatakan, “Sekarang ruang untuk mengadakan protes sosial terhadap model pembangunan yang tidak disukai rakyat, sudah ada. Rakyat tidak hanya menginginkan lebih banyaknya pembangunan dan penyia-nyiaan, melainkan juga perlindungan lingkungan, persaudaraan dan mereka ingin kebahagiaan. Tetapi tidak ada yang membicarakannya. Ini juga perlawanan terhadap Neoliberalisme, yang sudah berkuasa di sini selama lebih dari 30 tahun.“
Kemarahan Rakyat
Kemarahan rakyat tidak dapat hanya dijelaskan dengan bertambahnya kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup. Kemarahan juga diarahkan pada kenyataan, bahwa lebih dari 20 tahun setelah berakhirnya era diktator di Chili peraturan main yang sama masih menguasai bidang ekonomi.
Patricio Segura, seorang penentang pendirian dam di ibukota provinsi, Coyhaique mengatakan, sejak awal proyek itu ilegal. 10 hari sebelum diktator Pinochet mundur, hak-hak menyangkut air sejumlah 3.300 kubikmeter per detik dibagi-bagikan. Itu jumlah air yang sangat besar. Jadi di masa ketika tidak ada demokrasi dan kontrol umum, sebagian besar sungai Pasqua dan Baker dibagikan kepada perusahaan swasta tanpa diketahui rakyat.
Endesa, begitu nama perusahaan swasta tersebut. Sekarang perusahaan itu menjadi milik perusahaan energi besar Italia, ENEL. Perusahaan Italia itu membagi proyek "Hidroaysen" yang berjumlah milyaran dengan Colbun, sebuah perusahaan milik keluarga Matte, yang menjadi salah satu keluarga paling kaya dan berkuasa di Chili. Bersama-sama, Endesa dan Colbun menguasai lebih dari separuh pasaran energi nasional. Selama negara tidak memiliki politik energi tertentu, kedua perusahaan itu pasti akan selalu mendapat keuntungan.
Demikian kritik yang dilontarkan Miguel Marquez, pakar energi dan guru sekolah tinggi di ibukota Chili, Santiago. Ia mengatakan lebih lanjut, "Apa yang terjadi jika Hidroaysen tidak dibangun? Chili untuk pertama kalinya akan terpaksa untuk mengembangkan politik energi. Juga memutuskan, bagi siapa dan untuk apa dibutuhkan energi lebih banyak, dan berapa biayanya.“
Skandal di Chili
Marquez berpendapat, listrik tidak akan berhenti mengalir di negara di kawasan pegunungan Andes itu. Jika efisiensi lebih tinggi diperhatikan, kebutuhan energi dapat dikurangi separuhnya. Cahaya matahari di padang pasir Atacama lebih intensif daripada di bagian manapun di dunia. Di samping itu, Chili memiliki energi panas bumi, biomassa dan 40.000 km garis pantai. Daerah itu dapat digunakan untuk tenaga angin dan gelombang laut. Namun demikian, pakar energi mengatakan, pemasokan listrik yang desentral tidak berjalan, karena itu tidak sesuai dengan kehendak perusahaan-perusahaan, yang menginginkan keuntungan sedikitnya 15%.
Miguel Marquez menjelaskan, "Yang menjadi skandal di Chili adalah, sekelompok kecil keluarga mengontrol perekonomian. 80% produk domestik digerakkan oleh sekitar 100 perusahaan. Bagi saya, yang jadi masalah besar dalam Hidroaysen adalah konsentrasi kekuasaan di bidang ekonomi dan politik. Konsentrasi kekuasaan itu fatal, karena ini mendorong ketidakadilan di negara saya dan mengancam demokrasi.“
Hal itu sekarang juga dirasakan 70% rakyat Chili. Dan bagi banyak penentang, yang menjadi masalah terbesar bukan pendirian bendungan dan 2.000 km aliran listrik tegangan tinggi, melainkan perhitungan dengan kelompok elit perekonomian di negara itu.
Thomas Nachtigall / Marjory Linardy
Editor: Hendra Pasuhuk