190511 Daimler Südafrika
25 Mei 2011Di pabrik ini, diproduksi mobil-mobil bersetir kanan, antara lain untuk pasaran Amerika Serikat. Bagi generasi muda, pabrik di kota East London ini merupakan batu loncatan menuju impian masa depan yang lebih cerah.
Setiap kali Sinazo Mashale datang ke tempat kerjanya yang lama, ia disambut gembira oleh rekan-rekan kerjanya. Tiga tahun lalu ia mulai bekerja di pabrik Mercedes East London. "Saya mulai bekerja di sini pada tahun 2008. Tugas saya merencanakan logistik dan bertanggung jawab menyediakan suku-suku cadang. Ya, semua yang diperlukan untuk bagian produksi. Saya mencatat semua yang diperlukan untuk proses ini, dan memastikan bahwa barangnya ada."
Bagi para pekerja lain, Sinazo bagaikan bintang yang meluncur. Ia berhasil pindah ke bagian manajemen dari sektor produksi di pabrik. Insinyur teknik mesin ini kini sudah lebih setengah tahun bekerja di kantor pusat Mercedes di ibukota Pretoria.
Mercedes sudah lebih dari 50 tahun memproduksi mobil di kota East London. Di pabrik ini, ada sekitar 2.500 buruh pabrik. Perusahaan Mercedes membutuhkan tenaga kerja yang handal dan mereka yang bekerja keras, bisa maju. 20 tahun sesudah Apartheid dihapus di Afrika selatan, hal ini merupakan hal yang biasa.
Pabrik di East London yang merakit Mercedes model C-Class ini merupakan majikan terbesar di kota tersebut. Dalam mata rantainya, banyak toko dan pengusaha yang hidup dari penghasilan para karyawan pabrik ini.
Paman Sinazo, Madoda, juga bekerja di Mercedes, sudah selama 30 tahun, dan mengalami demokratisasi Afrika Selatan. Diceritakannya, semua orang turut bangga untuk berandil dalam produksi mobil Mercedes untuk Nelson Mandela. "Kami mulai dengan karoserinya dan semua karyawan turut memantau produksinya, sambil bernyanyi."
Sinazo baru berusia empat tahun ketika para pekerja pabrik bekerja lembur memproduksi mobil untuk Nelson Mandela pada tahun 1990. Sekarang ia berusia 25 tahun dan menggunakan semua peluang yang terdapat di Afrika Selatan yang demokratis ini. Pekerjaannya di pabrik Daimler Benz hanya merupakan batu loncatan bagi karirnya.
Jürgen Schneider/Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk