Dari Suciwati Untuk Jokowi
5 Desember 2017Surat Terbuka kepada Presiden RI ; Joko Widodo
Bapak Presiden yang terhormat,
Sudah 13 tahun suami saya Munir Said Thalib dibunuh. Dia dibunuh dengan cara curang, keji, serta pengecut, para pembunuh itu menggunakan racun arsenik dan hari ini penjahatnya masih bebas.
Pasti bapak presiden masih ingat peristiwa pembunuhan yang menimpa suami saya, karena saya ingat tanggal 22 September 2016 Anda mengundang 22 pakar hukum dan HAM disitu Anda berjanji akan menuntaskan kasus suami saya Munir. Lalu tanggal 14 Oktober 2016 bapak meminta Jaksa Agung segera bekerja ‘sekali lagi' untuk menindaklanjuti kasus suami saya Munir.
Namun apa yang terjadi kemudian? Saya temui hiruk pikuk ‘cuci tangan dan saling lempar tanggung jawab' atas tidak ditemukannya dokumen TPF Kematian Meninggalnya Munir, dan lalu sepi...tidak ada tindak lanjut.
Apakah Anda takut menindak lanjuti kasus ini karena yang terlibat orang yang dekat dalam lingkar kekuasaan Anda bapak presiden?
Bapak Presiden Joko Widodo,
Waktu tak pernah mampu menghapus rasa cinta dan rindu pada orang yg kita cintai. Ingatan seperti cahaya yang dijejali peristiwa datang dan pergi, berlomba dimasukkan peti es dalam ‘dark number' apakah kasus Munir akan bernasib sama ?
Sebagai seorang suami jika istri Anda dipisahkan secara paksa dari pelukan Anda pernahkah terbayang perasaan Anda? Orang tua yang dipisahkan dengan anaknya secara paksa, punyakah Anda empati itu bapak presiden? Haruskah rasa kehilangan itu hadir dahulu baru menepati janji wahai bapak Jokowi? Kami berharap Tidak!
Saya tidak mau ada orang lain lagi yang merasakan kehilangan orang yang kita cintai, cukup saya saja. Jangan terulang lagi pembunuhan politik ini, karenanya penting untuk menuntaskan kasus Munir. 13 tahun bukan waktu sebentar untuk terus merasakan kehilangan tidak saja raga namun juga rasa Keadilan. Kami tidak lupa.
Tidakkah janji itu akan terus menjadi catatan sejarah bangsa ini bahwa Anda seorang presiden yang absen mengisi ruang Keadilan bagi Munir ?
Bapak Presiden Joko Widodo,
Majelis KIP mengabulkan permohonan sengketa informasi yang kami diajukan pada 10 Oktober 2016 meminta Pemerintah RI atau Bapak Presiden wajib mengumumkan hasil Tim Pencari Fakta Kematian Meninggalnya Munir (TPF KMM) untuk publik.
Alih-alih menindaklanjuti KIP, lewat Setneg dokumen penting itu Anda bilang tidak Anda kuasai. Hilangkah atau dihilangkan dokumen TPF KMM ? Inikah cara mengelola penyimpanan dokumen Anda? Inikah cara Anda memberi pendidikan politik kepada anak bangsa, janji tanpa realisasi?
Kegagalan dari kekuasaan negara salah satunya adalah gagal melindungi pembela HAM yaitu dengan tidak menyelesaikan kasus Munir.
Ataukah Anda sedang melindungi dan membangun kekebalan hukum untuk para pelaku pembunuhan Munir? Sungguh...kami amat sangat rindu Presiden yang Berani dan Menepati Janji!
Bapak Presiden yang terhormat,
Sampai hari ini kami para pencinta Keadilan dan Kebenaran tidak kenal lelah untuk terus menunggu kabar penegakan hukum dan ham lewat janji Nawacita Anda. 13 tahun Munir dibunuh dan keadilan masih begitu jauh, tentu saja surat ini tidak untuk meratapi atas betapa bobroknya penegakan hukum dan ham di negri ini.
Saya menulis surat ini karena meyakini nilai-nilai yang sudah dilakukan Munir, bagaimana Munir hanya bekerja tanpa henti dan terus menerus mendorong kemanusiaan dan hak asasi manusia di Indonesia hadir dan masuk diruang kehidupan bernegara. Kehidupan masyarakat yang berkeadilan sosial tanpa penindasan dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi tanpa kekerasan. Itu saja cita-cita Munir.
Semoga itu menjadi cita-cita serta kerja Anda bapak Presiden, tentu saja akan menjadi konkrit dengan menepati janji Anda menuntaskan kasus Munir dan kasus pelanggaran ham yang masih menjadi beban negara tercinta kita.
Bapak Presiden,
Setiap Kamis jam 4-5 sore di seberang istana Anda, kami ‘berdiri diam,berpayung dan berbaju hitam' berharap kami mendapat payung keadilan. Saya yakin Anda tahu karena kami ada hampir 11 tahun disana. Kami tak akan lelah meminta pertanggungjawaban negara atas derita dan luka bangsa ini, untuk meluruskan sejarah bangsa ini, untuk pengungkapan kebenaran dan keadilan. Adakah kabar baik itu akan hadir?
Semoga Anda tidak seperti pendahulu bapak yang terus memberi Ruang Kosong Keadilan
Ketika Anda naik dan berhasil jadi presiden harapan kami Anda menulis sejarah perjuangan gelap untuk memberi secercah cahaya dalam kehidupan berbangsa kita. Mendorong bahwa kejahatan kemanusiaan harus diungkapkan demi keadilan dan kebaikan sejarah negri ini.
Apakah Anda akan memenuhi harapan kami wahai bapak presiden? Semoga bukan lagi harapan palsu dan kosong.
Malang, 26 November 2017
Hormat saya,
Suciwati - Istri Munir, korban pelanggaran HAM
Penulis:
Suciwati, istri mendiang pahlawan HAM Munir. Suciwati merupakan pegiat HAM dan ketua dewan pembina Museum HAM Omah Munir.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.