Debat Capres: Makin Proteksionis dan Nasionalistik
16 Juni 2014
Nada perdebatan, yang berfokus pada ekonomi, kelihatannya akan menambah kekhawatiran para investor tentang seberapa ramah sambutan Indonesia – yang kaya sumberdaya dengan pertumbuhan cepat dan konsumsi besar kelas menengah yang terus bertumbuh – untuk menawarkan peluang bisnis yang menggiurkan.
”Setiap negara punya batasan… (kita bisa) membuatnya sedikit lebih sulit bagi para investor asing,” kata Jokowi dalam debat televisi, sebagai respon atas pertanyaan tentang usulan untuk lebih membuka pasar Asia Tenggara mulai tahun depan.
”Saya yakin ekonomi kita bisa tumbuh lebih dari 7 persen (dibanding sedikit lebih dari 5 persen perkiraan tahun ini) dengan beberapa syarat. Pertama, iklim investasi harus lebih dibuka dan membiarkan para investor lokal menciptakan pertumbuhan,“ ujarnya.
Sejumlah jajak pendapat terbaru menunjukkan Jokowi unggul tipis atas saingannya bekas jenderal Prabowo Subianto yang sejak awal telah mengadopsi pandangan ekonomi yang sangat nasionalistik.
Ini adalah tema yang berulangkali dibahas dalam debat hari Minggu lalu.
“Sumber kakayaan kita dikontrol oleh tangan-tangan asing, perusahaan-perusahaan asing, sehingga kekayaan mengalir keluar dari negeri ini… kekayaan Indonesia seharusnya dikuasai oleh negara kita,“ kata Prabowo yang tampil lebih percaya diri, dengan berpakaian safari putih dan berpeci.
Hormati kontrak
Ada beberapa kejutan dalam debat yang berlangung santun dan pada satu bagian Prabowo melintasi panggung untuk memeluk saingannya dan mengekspresikan persetujuannya atas rujukan Jokowi tentang pentingnya ekonomi kreatif. Anak satu-satunya Prabowo bergerak dalam bisnis fashion.
“Betul ada retorika yang nasionalistik, tapi itu telah ditampilkan dalam dua pemilu terakhir sehingga saya tidak terkejut ini muncul. Dalam konteks pemilu, para kandidat akan mencoba menghindar untuk digambarkan sebagai orang yang akan menjual negara, dan keduanya melakukan itu…,“ kata Paul Rowland, analis politik Mingguan Reformasi yang berbasis di Jakarta.
“Yang menarik adalah bahwa Jokowi benar-benar mengatakan ‘kontrak adalah kontrak‘ dan bahwa kontrak-kontrak yang telah ditandatangani harus dihormati. Itu seharusnya akan membuat nyaman para investor.“
ab/rn (afp,rtr,ap)