061011 Volkskrankheit Depression
13 Oktober 2011Depresi akan menjadi tantangan besar dunia kedokteran abad ini. Organisasi kesehatan dunia-WHO sudah melontarkan peringatan tanda bahaya. Sekitar 14 persen penderita depresi berat, dilaporkan cenderung melakukan tindakan bunuh diri.
Menimbang terus meningkatnya jumlah penderita depresi di Jerman, untuk pertama kalinya di kota Leipzig digelar kongres ilmiah, yang membahas tema depresi dari perspektif para penderitanya. Sekitar 1.000 orang pasien, dokter, ilmuwan dan keluarga pasien hadir dalam kongres di kota Leipzig itu.
Keliru Diagnosa
Seorang mantan penderita depresi berat, Thomas Müller-Rörich tampil di depan podium, untuk menceritakan pengalamannya. Pengusaha swasta itu empat tahun lamanya menderita depresi berat, tanpa dapat didiagnosa oleh dokter pribadinya. Ia mengungkapkan gejalanya, yang mula-mula terasa tidak berbahaya. Yakni perasaan tidak nyaman setelah liburan Natal.
Thomas Müller-Rörich mengungkapkan simptomanya : “Terasa seperti flu, mirip, lemah dan tidak selera makan. Saya terutama merasa takut, tapi tidak tahu takut apa? Saya tahu, tidak bisa menjalankan perusahaan sekaligus mengatasi masalah sehari-hari. Saya pasti tidak mampu.”
Müller-Rörich mengambil cuti seminggu, dan mengharapkan gejalanya akan hilang. Tapi penyakitnya justru semakin parah. Burn out atau depresi, mula-mula tidak ada dalam pikiran Müller-Rörich. Pekerjaannya selalu membuatnya senang, walaupun bebannya cukup berat. Ia berulang kali melakukan konsultasi dengan dokter pribadinya. Tapi dokter gagal menemukan penyebab penyakitnya. Saran klasik yang berulang kali diberikan adalah, ambil cuti dan liburan.
Burn Out
Pada orang yang pekerjaannya penuh tekanan berat, depresi berat semacam itu disebut burn out. Ibaratnya penderitanya sudah kehabisan energi dan terbakar habis.
Profesor Ulrich Hegerl, guru besar psikiatri dan psikoterapi di rumah sakit universitas Leipzig mengungkapkan kesalahan terapi yang lazim terjadi. Mereka yang mengeluhkan gejala seperti itu, biasanya dianjurkan melakukan liburan atau tidur lebih panjang. Pokoknya melakukan hal yang dianggap bagus.
Tapi hal itu tidak bagus bagi penderita depresi. Bagi penderita depresi, tidur lebih panjang seringkali kontraproduktif. Terapi standar yang terbukti ampuh, justru mengurangi tidur. “Melakukan liburan samasekali tidak disarankan, karena depresinya akan dibawa berlibur dan akan semakin memburuk,“ ujart Hegerl menambahkan.
Müller-Rörich kemudian mencari dokter lainnya, yang akhirnya mendiagnosanya menderita depresi berat atau burn out. Selama masa pencarian dokter yang dapat menegakkan diagnosa yang benar, gejala depresi Müller-Rörich bertambah parah. Ia menceritakan, setiap bangun pagi selalu diserang rasa panik dan takut tidak beralasan. Seringkali tidak terasa berteriak-teriak akibat rasa takut.
Tampak Sehat Tapi Sakit
Masalah utama yang dihadapi para penderita depressi adalah, kenampakannya dari luar mereka tetap sehat. Padahal seringkali penderita depresi berat samasekali tidak mampu melakukan pekerjaan ringan sekalipun, seperti misalnya menggosok gigi. Perasaan tertekan dan sedih atau takut tidak berasalan merupakan bagian kehidupan penderita depresi berat. Ini bukan sekedar gangguan perasaan, melainkan penyakit berat yang menggerogoti badan dan jiwa, kata Profesor Ulrich Hegerl.
Kami memiliki sejumlah pasien depresi berat. Ini situasi darurat seperti operasi usus buntu. Semuanya memiliki risiko tinggi untuk bunuh diri, dan banyak yang melakukan percobaan bunuh diri,“ tambahnya.
Menimbang luasnya spektrum depresi dari yang ringan hingga gejala burn out, para ilmuwan lintas disiplin keilmuan, menyepakati acuan pengobatan standar. Untuk depresi ringan dan menengah, psikoterapi adalah pengobatan yang tepat. Sementara pasien yang mengidap depresi berat, juga diberi tambahan obat anti-depresi.
Müller-Rörich yang sudah sembuh dari penyakit depresi beratnya, kini aktif membantu pasien lainnya. Resep paten yang ia berikan adalah, keluar dari isolasi, saling bertukar pengalaman dan informasi serta terbuka menyampaikan pendapatnya. Sebab para penderita depresi berat atau burn out justru menjadi tertutup dan biasanya menarik diri dari pergaulan.
Claudia Ruby/Agus Setiawan
Editor : Dyan Kostermans