Dewan Keamanan Bahas Situasi Mali
14 Januari 2013Sidang darurat Dewan Keamanan PBB akan digelar hari Senin (14/01) atas permintaan anggota tetap Perancis. Demikian keterangan ketua misi PBB Perancis lewat pesan twitter.
Paris pekan lalu mengirimkan 400 serdadu dan pesawat tempur ke Mali, memenuhi permintaan pemerintah di Bamako. Pesawat tempur dan tentara Perancis sejak Jumat (11/01) mendukung pasukan Mali terus menggempur posisi pemberontak. Kelompok ekstrimis ini terutama aktif di utara Mali.
Tapi belakangan kelompok itu bergerak di kawasan selatan. Bahkan hari Kamis (10/01) mereka berhasil merebut kota strategis penting Konna.
PBB Peringatkan
Sebelumnya PBB memperingatkan jangan terburu-buru melakukan intervensi. Namun setelah serbuan kelompok Islam radikal di selatan Mali, utusan khusus PBB untuk kawasan Sahel, Romano Prodi membela intervensi Perancis itu.
"Paris melancarkan gempuran berdasarkan basis kesepakatan luas", kata Prodi kepada harian Jerman Die Welt. "Masyarakat internasional mendukung misi itu, terutama akibat ketakutan akan menyebarnya terorisme", tambah mantan komisaris Uni Eropa dan bekas PM Italia itu.
Intervensi militer Perancis di Mali, kini mendapat dukungan internasional semakin luas. Amerika Serikat memasok informasi dinas rahasia dan menyiapkan logistik. Demikian kata menteri luar negeri Perancis Laurent Fabius kepada stasiun radio RTL Sabtu (12/01). Inggris, Denmark dan sejumlah negara Eropa lainnya juga menjanjikan dukungannya, Negara-negara tetangga Mali, masing-masing Niger, Burkina Faso, Senegal dan Nigeria menyepakati pengiriman pasukan mereka untuk mendukung misi itu.
Jerman Tolak Kirim Serdadu
Pemerintah Jerman sejauh ini menutup kemungkinan pengiriman serdadu Bundeswehr ke Mali. Menteri luar negeri Guido Westerwelle menyatakan, tidak akan ada debat mengenai pengiriman pasukan tempur ke Mali. Namun ia mengatakan, reaksi Perancis menanggapi permintaan bantuan dari Bamako merupakan langkah yang tepat.
Menteri pertahanan Jerman, Thomas de Maizière juga melontarkan pernyataan senada. "Intervensi Perancis itu konsekuen dan tepat. Perancis mendapat dukungan politik sepenuhnya dari pemerintah Jerman", ujar dia kepada harian Frankfurter Allgemeine Zeitung.
Sementara kelompok oposisi Jerman menutut aksi nyata dari pemerintah di Berlin untuk mendukung langkah Perancis itu. "Jika Perancis meminta dukungan transport udara, Jerman harus memberikannya", ujar jurubicara politik pertahanan partai SPD yang beroposisi. Ditambahkan, Jerman juga harus membuka kemungkinan ikut serta dalam pelatihan militer bagi personal angkatan bersenjata Mali.
Laju pemberontak dihambat
Perancis yang bekas penjajah Mali, menggempur posisi dan konvoi kelompok radikal di Konna dari negara tetangga Chad. Sesaat kemudian pasukan Mali dapat merebut kembali kota strategis penting itu. Pasukan Perancis dilaporkan memperluas operasi militernya ke ibukota distrik Goa dan melancarkan serangan udara ak posisi pemberontak di kawasan utara Mali.
Presiden Perancis, Francois Hollande menyatakan Sabtu (12/01) laju pemberontak di selatan Mali dapat dihentikan. "Tapi operasi militer oleh serdadu Perancis akan terus dilancarkan", tegasnya.
Mali yang dilanda kudeta bulan Maret 2012 terpuruk ke dalam kekacauan berat. Kelompok radikal Islam "Ansar Dine" yang diduga dekat dengan Al Qaida, mengambil alih kontrol bagian utara, dan menerapkan syariah Islam di kawasan itu. Barat mengkhawatirkan, negara di Afrika barat itu dapat menjadi kawasan persembunyian teroris Al Qaida serta kombatan ekstrimis lainnya.
AS/VLZ (dpa, rtr, afp, dapd)