65 Tahun Siaran Luar Negeri Jerman Deutsche Welle
4 Juni 2018"Pendengar yang terhormat, di negeri-negeri jauh…" demikian kata-kata pembuka sambutan Presiden Jerman Theodor Heuss tanggal 3 Mei 1955, ketika siaran luar negeri Jerman Deutsche Welle (DW) pertama kali mengudara dari kota Köln. Mandat DW ketika itu adalah untuk "memberi gambaran tentang Jerman dari aspek politik, ekonomi dan budaya" kepada pendengarnya.
Siaran radionya ketika itu dilakukan pada gelombang pendek, pertama-tama dalam bahasa Jerman. Tahun 1954 mulai dibuka siaran berbahasa asing. Lalu tahun 1992, DW mulai tampil sebagai siaran televisi, kemudian ditambah dengan berita-berita online.
65 tahun setelah itu, "Deutsche Welle sudah mengalami banyak perubahan", kata Direktur Jendral saat ini Peter Limbourg. "Dari stasiun siaran radio gelombang pendek, yang ditujukan kepada warga Jerman yang bermukim di luar negeri, sampai kini menjadi rumah media internasional, dengan 30 bahasa dengan siaran analog maupun digital, dan berusaha mencapai publik seluas mungkin untuk membawa informasi, juga ke kawasan-kawasan yang masih memberlakukan sensor."
Menurut Limbourg, tugas masa kini memang jauh lebih berat. Namun perkembangan teknologi internet dan media sosial membuka peluang baru untuk mencapai publik lebih luas, terutama kaum muda. Limbourg telah menjadi Dirjen DW sejak 4,5 tahun.
Kanselir Merkel akan berpidato
Selasa (05/06), DW akan mengadakan seremoni untuk menandai hari jadi ke-65. Wakil Menteri Kebudayaan Monika Grütters akan mengambil bagian serta anggota parlemen dari semua partai parlementer. Kanselir Angela Merkel akan berpidato dan mengikuti tur informatif tentang proyek-proyek DW baru seperti misalnya video panduan animasi berbahasa Rusia yang telah dirancang untuk mengenali berita hoax.
Perkembangan pesat dengan tantangan besar
"Stasiun siaran" sebenarnya sebutan yang tidak cocok lagi, karena DW sekarang punya kegiatan jauh lebih luas: Program televisi dalam empat bahasa, siaran radio dan berita online dalam 30 bahasa. Telepon selular di masa kini memainkan peran penting untuk menggapai para pengguna muda. Selain itu, DW juga menyelenggarakan berbagai program pendidikan dan pelatihan jurnalistik melalui DW Akademie. Sejak tahun 1965, DW Akademie sudah meluluskan ribuan jurnalis dan tenaga media.
Perkembangan teknologi membuat penyebaran informasi jadi lebih mudah. Tapi di banyak tempat, situasi politik jadi makin sulit. Orang mulai khawatir akan terjadi sebuah Perang Dingin baru. Di banyak negara masih ada sensor dan pembatasan informasi. Kebebasan berpendapatdan kebebasan pers menghadapi tantangan berat. "Ini masa-masa sulit, artinya tugas DW makin berat. Kita harus memberikan informasi, membangun jembatan dan menerangkan nilai-nilai yang kita hormati", kata Peter Limbourg. "Tantangan makin besar dengan meningkatnya propaganda, fake news, arus migrasi, perubahan iklim dan teror internasional."
Menurut Peter Limbourg, Deutsche Welle masih sering menghadapi pemblokiran, seperti misalnya di Cina dan di Iran. "Di satu pihak ini perkembangan yang mengkhawatirkan, di lain pihak hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan kita tetap penting dan tetap relevan, juga pada masa sekarang".
"Pertukaran budaya, tradisi dan dialog antar agama"
Di Bonn dan Berlin ada sekitar 3400 pekerja Deutsche Welle yang berasal dari 60 negara. Pada saat yang sama, jumlah koresponden di Asia dan Afrika terus meningkat. "Keberagaman ini adalah nilai yang berharga sekaligus menjadi kekuatan DW", kata Peter Limbourg. "Kami bisa saling belajar dan mengalami sendiri, bagaimana dialog budaya, agama dan tradisi bisa menelurkan hal-hal baru. Semua ini dilakukan berdasarkan prinsip kebebasan yang dijamin oleh konstitusi Jerman. Bagi saya, adalah suatu kebahagiaan besar, bekerja dengan para kolega yang punya beragam latar belakang dan penuh inspirasi."
Di Jerman, Deutsche welle memang tidak terlalu dikenal. Tapi di luar negeri, DW adalah institusi yang dipertungkan. Sandra Petersmann, jurnalis yang punya pengalaman panjang di berbagai kawasan krisis, punya pengalaman khusus tahun 2000 ketika berada di Eritrea. Ketika itu dia sedang magang sebagai tenaga media DW di sebuah organisasi bantuan medis. "Sore hari kami melewati sebuah desa kecil. Di bawah pohon saya melihat sekelompok orang berkumpul mendengar siaran radio dari transistor bertenaga baterai. Saya kenal betul jingle pengenal DW, tapi saya tidak mengerti sama sekali apa yang diberitakan. Itu siaran bahasa Amharis dari DW redaksi Afrika. Waktu mereka tahu, bahwa saya seorang jurnalis DW, mereka langsung mengundang saya ikut upacara tradisional minum kopi", tutur jurnalis DW yang sekarang berusia 45 tahun itu. Hal serupa dia alami ketika bertugas di Afghanistan. "Justru di desa-desa terpencil, orang-orang haus informasi", kata Sandra Petersmann.
Pernah ada masanya ketika parlemen Jerman berdebat tentang peran Deutsche Welle dan apakah DW masih diperlukan di masa perkembangan teknologi yang cepat. Namun kini, hampir semua anggota dewan yakin, eksistensi Deutsche Welle harus dipertahankan dan dikembangkan. Karena DW "menyiarkan fakta dan bukan fake news, secara independen, inovatif dan sepenuh hati,", kata jurubicara media dari partai SPD, Martin Rabanus. Dalam sebuah survei internasional, 96 persen pemirsa dan pengguna mengatakan, siaran DW bisa dipercaya. Setiap minggu, situs DW dikunjungi oleh 150 juta penggemar. Angkanya terus bertambah.