1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Diaspora Turki di Jerman Dirikan Partai DAVA, Apa Agendanya?

16 Februari 2024

DAVA ingin menjangkau migran muslim di Jerman, dengan mengusung program politik untuk “memerangi islamofobia” dan memperkuat “nilai-nilai tradisional”, demikian disebutkan dalam dokumen resminya.

https://p.dw.com/p/4cRQ5
Pendukung Erdogan di Köln
Presiden Turki Erdogan punya banyak pendukung di kalangan diaspora Turki di JermanFoto: picture alliance/dpa/H. Kaiser

Aliansi Demokratik untuk Keberagaman dan Kebangkitan, DAVA, yang baru didirikan di Jerman, bulan Januari lalu mengumumkan akan maju sebagai partai politik pada Pemilu Eropa tanggal 9 Juni mendatang. Pengumuman itu segera memicu perdebatan sengit di Jerman. Beberapa pengamat politik menuding partai baru itu adalah corong Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

DAVA mengajukan empat kandidat untuk Pemilu Eropa, yang semuanya memiliki hubungan dengan partai Erdogan AKP di Turki. Kandidat utamanya adalah Fatih Zingal, pengacara berusia 45 tahun, yang lahir di Jerman dan pernah menjadi anggota Partai Sosialdemokrat SPD selama 10 tahun. Dia saat ini menjadi juru bicara Persatuan Demokrat Eropa UID, yang oleh pihak berwenang Jerman digambarkan sebagai organisasi lobi partai AKP.

Kandidat lainnya adalah Yonca Kayaoglu, seorang insinyur dan mantan ketua Pemuda UID di negara bagian Baden-Württemberg. Dia berkampanye besar-besaran di media sosial untuk mengumpulkan 4.000 tanda tangan, yang diperlukan untuk mencalonkan diri di Pemilu Eropa.

Kandidat utama DAVA, Fatih Zingal
Kandidat utama DAVA, Fatih ZingalFoto: Privat

Kepanjangan tangan partai AKP di Jerman?

Dua kandidat lain adalah Mustafa Yoldas dan Ali Ihsan Ünlü, sama-sama dikenal sebagai perwakilan komunitas muslim Turki di Jerman utara. Yoldas berasal dari Komunitas Islam Milli Görüs IGMG, sedangkan Ünlü tergabung dalam Persatuan Islam Turki, DITIB.

Ketua DAVA adalah Teyfik Özcan, yang lahir di Jerman tahun 1988 dan kemudian belajar hukum. Dia juga bekerja untuk lembaga penyiaran pemerintah Turki, TRT, yang oleh para kritikus digambarkan sebagai mesin propaganda AKP.

Özcan cenderung menyerang politisi Jerman berlatar belakang Turki, yang dianggapnya tidak mewakili nilai-nilai tradisional Turki lagi, seperti Serap Güler, politisi perempuan dari Partai Uni Kristen Demokrat CDU, karena sering mengenakan rok pendek.

Menteri Pertanian Jerman Cem Özdemir dari Partai Hijau, yang juga keturunan Turki, menggambarkan DAVA sebagai "cabang AKP” di Eropa. Di platform media sosial X, dia mengatakan bahwa DAVA adalah "hal terakhir yang dibutuhkan Jerman.”

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Kandidat utama Fatih Zingal bersikukuh,  tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa partainya dikendalikan oleh presiden Turki. Kepada DW dia mengakui, para kandidat DAVA memang berafiliasi selama puluhan tahun dengan organisasi partai AKP, tapi itu tidak berarti mereka adalah perpanjangan tangan AKP.

"Lebih dari 65% warga Turki di Jerman, termasuk ketua partai kami, Özcan dan saya sendiri, lebih memilih presiden Turki saat ini dan kebijakannya dibandingkan presiden-presiden sebelumnya. Meski begitu, tidak berarti kami adalah perpanjangan tangan Erdogan," katanya.

Upaya Erdogan melebarkan pengaruh?

Ilmuwan politik Kemal Bozay dari Pusat Penelitian dan Pencegahan Radikalisasi di Universitas Köln punya pendapat berbeda: "Kelompok dan gerakan yang berafiliasi dengan AKP dan Erdogan telah lama mencoba membangun struktur lobi di Jerman untuk bisa memperngaruhi lanskap politik di Jerman," katanya kepada DW. Baginya, DAVA hanyalah upaya lain untuk melakukan hal ini.

Sekitar 1,4 juta dari seluruhnya sekitar 3 juta warga berlatar belakang Turki yang saat ini ada di Jerman adalah warga negara Jerman, dengan 893.000 di antaranya berhak memilih dalam pemilu di Jerman.

Caner Aver, ilmuwan politik di Pusat Studi Turki di kota Essen, mengatakan bahwa 50% dari mereka yang memiliki hak pilih pada pemilu Jerman yang terakhir memilih partai kiri-tengah dan tidak memberikan banyak perhatian pada DAVA.

Ketua komunitas Turki di Jerman, Gökay Sofuoglu, mengatakan dia tidak yakin DAVA memiliki masa depan di Jerman. Sebuah partai yang hanya didirikan berdasarkan kriteria etnis dan hanya berkonsentrasi pada isu-isu etnis tidak akan menjadi partai besar.

Sebaliknya, para pendiri DAVA yakin akan hal ini. "Anda memerlukan sekitar 250.000 suara untuk mendapatkan kursi di Parlemen Eropa, dan semua perkiraan menunjukkan bahwa kita bisa mendapatkannya," kata kandidat utama DAVA, Fatih Zingal. Dia mengatakan, DAVA juga akan ikut serta dalam pemilu Jerman tahun 2025.

"Respon besar-besaran media dalam beberapa hari terakhir ada di tangan kami," kata Fatih Zingal. "Kami sekarang dikenal di seluruh Jerman.”

(hp/as)