Trump Pecah-Belah G7
9 Juni 2018Jumat kemarin para pemimpin negara-negara G7 harus berjuang keras untuk menutup jurang yang semakin besar, yang disebabkan Donald Trump. Presiden AS itu menggasak peraturan perdagangan global dan perbedaan pandangan di kalangan sekutunya soal perubahaan iklim dan kesepakatan nuklir dengan Iran.
Baca juga:
Menlu Jerman Heiko Maas dan Presiden Perancis Emmanuel Macron Kecam Presiden AS Jelang KTT G7
Hubungan Jerman-AS: Angela Merkel Perlu Strategi Baru
Presiden AS mengatakan, "perkembangan besar" telah tercapai dalam hari pertama pertemuan G7.
Keputusan administrasi Trump untuk menetapkan tarif atas impor baja dan aluminium dari Kanada, Uni Eropa dan Meksiko, dengan latarbelakang alasan "keamanan internasional", sudah menyulut kemarahan sekutu-sekutu AS dan mengancam akan meletusnya perang dagang.
Presiden Perancis Emmanuel Macron berupaya menampilkan wajah optimis setelah bertemu dua kali dengan Trump dalam "diskusi terbuka dan secara langsung", dengan mengatakan, dalam masalah perdagangan "ada jalur kritis, tapi ada juga jalur di mana semua bisa sama-sama maju."
Krisis antara AS dan anggota lain G7 sudah tampak jelas di awal KTT, ketika Trump mengusulkan agar Rusia kembali diperbolehkan ikut kelompok G7. Dulu Rusia termasuk G8, tetapi dikeluarkan dari kelompok itu setelah menganeksasi Krimea. Usul yang disampaikan presiden AS itu tidak ada dalam agenda KTT dan mengalihkan dari masalah yang mendesak.
AS tantang peraturan internasional
Donald Tusk, yang saat ini jadi presiden Dewan Eropa, dan mewakili Uni Eropa dalam KTT mengatakan, administrasi Trump punya pandangan berbeda dari anggota G7 lainnya dalam hal perdagangan, perubahan ikllim dan kesepakatan nuklir.
Ia memperingatkan "keteratruan internasional yang berdasar pada peraturan sekarang menghadapi tantangan. Yang mengejutkan, yang menantang bukan pihak-pihak yang biasanya jadi tersangka, melainkan dari arsitek utama dan penjaminnya, yaitu AS."
Tusk menambahkan, langkah Trump akan "menguntungkan mereka yang berusaha mengakhiri masa pengaruh Barat, di mana demokrasi liberal dan kebebasan fundamental akan punah.
Ibaratnya menegaskan perkataan Tusk, Presiden Cina Xi Jinping menyamut kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing Jumat kemarin. Keduanya memuji pentingnya kerjasama strategis.
Akibat perbedaan yang mendalam, untuk pertama kalinya dalam sejarah dikhawatirkan bahwa G7 tidak akan mampu mengakhiri KTT dengan komunike bersama.
ml/ap (AFP, AP, dpa, Reuters)