Downer: Timor Leste Harus Lebih Bertanggungjawab Menjaga Keamanan Sendiri
4 September 2006Senin (04/09) kemarin berlangsung pertemuan tiga menteri luar negeri di Dili, Timor Leste. Pertemuan segitiga antara menlu Timor Leste, Australia dan Indonesia tersebut merupakan pertemuan berkala yang diselenggarakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Masalah keamanan di Timor Leste, menjadi agenda penting pembicaraan dalam pertemuan yang berlangsung hangat tersebut.
Baru-baru ini penjara Becora di Dili, bobol. Sekitar 60 narapidana kabur, termasuk diantaranya Alfredo Reinado, yang dicurigai terlibat dalam kerusuhan yang mengguncang Timor Leste beberapa bulan lalu. Selain Menteri Luar Negri Hasan Wirajuda, hadir pula dalam pertemuan itu Menlu Australia Alexander Downer dan Menlu Timor Leste Jose Luis Gutteres serta Perdana Menteri Timor Leste Jose Ramos Horta.
Dalam pertemuan trilateral tersebut, Perdana Menteri Timor Leste Jose Ramos Horta menginginkan agar pasukan gabungan keamanan internasional dapat bertugas lebih lama di Timor Leste. Ia mengatakan, di luar masalah kaburnya 57 narapidana dari Penjara Becora Dili, dengan adanya pasukan gabungan, situasi di Timor Leste relatif stabil dibanding dua bulan silam. Setelah kerusuhan beberapa bulan lalu di Dili, sejumlah insiden dilaporkan masih terjadi di beberapa lokasi. Situasi inilah yang mendesak Timor Leste mengundang pasukan Australia dan negara-negara lain untuk menjaga keamanan.
"Begitu besar kepercayaan diri dan optimisme bahwa kami berupaya mengatasi situasi terakhir keamanan negara kami. Timor Leste lebih stabil dibanding dua bulan lalu. Kami berterimkasih kepada pasukan gabungan Australia, Selandia Baru, Portugal dan Malaysia.“
Sebelumnya Timor Leste sempat menyalahkan pasukan gabungan internasional atas kaburnya 57 narapidana dari Penjara Becora Dili. Termasuk diantara tahanan yang kabur, Alfredo Reinado, yang dicurigai sebagai pimpinan dalam kerusuhan tersebut.
Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer meneguhkan komitmen Australia untuk terus membantu Timor Leste dalam menjaga keamanan. Namun ia mengingatkan Timor Leste untuk lebih bertanggungjawab memelihara keamanan dalam negerinya sendiri. Timor Leste tak dapat menyalahkan pasukan gabungan internasional untuk setiap insiden yang terjadi di negaranya.
“Kami pasti terus menaruh perhatian pada masalah keamanan (di Timor Leste). Meski pecah sejumlah insiden, sejauh ini biar bagaimanapun situasinya lebih baik. Dan kami menyambut gembira. Kami juga mengikuti pertemuan tentang kehadiran Pasukan Perdamaian PBB. Kami mendukungnya. PBB mengirim 1.600 anggota pasukan keamanan, ini adalah jumlah yang sangat besar. Kita harapkan dapat menjaga keamanan. Saya jelaskan posisi Australia yang memberikan dukungan bantuan bagi pos-pos polisi.“
Selain pasukan gabungan yang dipimpin Australia, 1.600 anggota pasukan perdamaian PBB akan ditempatkan di Timor Leste. Rencana tersebut telah disetujui Perserikatan Bangsa Bansa dan akan dibicarakan lebih lanjut dalam pertemuan PBB di New York Oktober mendatang. Kemungkinan besar, anggota pasukan Australia yang masih tersisa nantinya akan bertugas dengan pasukan perdamaian PBB tersebut.
Dalam pertemuan tiga menteri luar negeri tersebut, PM Ramos Horta meminta kesiagaan Indonesia untuk memonitor perbatasan antara Timor Barat dan Timor Timur. Dicurigai beberapa tahanan yang kabur dan sebagian belum tertangkap kembali, akan melarikan diri ke Indonesia. Horta juga mengucapkan terimakasih pada Indonesia atas bantuan kemanusiaan untuk Timor Leste.
“Kami juga mengucapkan terimakasih atas kerjasama Indonesia atas bantuan kemanuasiaannya. Meskipun di Indonesia sendiri kena musibah gempa bumi. Kami berterimakasih pada kerjasama Indonesia membangun kestabilan keamanan di perbatasan Timor Timur dan Timor Barat.“
Tiga hari pasca kaburnya Alfredo Reinado dari penjara Becora, pemimpin pemberontak itu sempat muncul di televisi dan radio Timor Leste dan mengkritik pemerintah.