Dunia Politik Asia 2017
Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un terus melakukan provokasi dengan ujicoba rudal. Ratusan ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Berikut beberapa peristiwa politik penting di Asia tahun 2017.
Trump bawa AS keluar dari TPP
Tiga hari setelah menjabat, Presiden AS Donald Trump membuat keputusan untuk keluar dari Pakta Perdagangan Trans-Pasifik TPP. Pakta ini disepakati 12 negara di kawasan pada tahun 2016. Presiden AS sebelumnya, Barack Obama, adalah salah satu perancang TPP. Tujuannya: memperkuat hubungan ekonomi antara AS dan kawasan Asia Pasifik.
Si "Tua Pikun" melawan si "Manusia Roket"
Donald Trump segera terlibat retorika tajam dengan pimpinan Korea Utara, Kim Jong Nam. Bulan Februari, Korea Utara melakukan ujicoba rudal. Sepanjang tahun 2017, negara itu melakukan hampir 20 ujicoba rudal. Korea Utara mengancam akan melakukan invasi ke Pulau Guam, pangkalan militer AS terbesar di Pasifik. Trump menjawab dia akan membalas dengan "api dan kemarahan" dan "penghancuran total".
Pembunuhan misterius di bandara internasional Malaysia
Kim Jong Nam, kakak tiri pemimpin Korut Kim Jong Un, dibunuh di bandara Sepang, Kualalumpur. Pelakunya dua perempuan asala Vietnam dan indonesia, yang mencegat dan mengoleskan gas saraf VX ke wajahnya. Pelakunya kini diadili di Malaysia yang bisa mendapat sanksi terberat hukuman mati. Kedua pelaku mengaku jadi korban penipuan. Polisi Malaysia mencurigai agen-agen Korut di belakang pembunuhan itu.
Jatuh karena korupsi
Presiden Korea Selatan Park geun Hye yang punya karir cemerlang akhirnya masuk penjara karena kasus korupsi. Dia ditangkap polisi akhir Februari. Park Geun Hye juga dituduh bersalah atas penyalahgunaan jabatan dan pembocoran rahasia negara. Dia menuduh proses pengadilannya adalah proses politik yang digalang lawan-lawan politiknya.
Awal baru di Korea Selatan
Presiden terpilih baru di Korea Selatan adalah Moon Jae In. Pada pemilu presiden bulan Mei, dia menang jauh melawan kandidat kubu konservatif. Moon Jae In adalah pengacara hak asasi manusia yang cukup populer di negaranya. Dia mengutamakan dialog untuk penyelesaian konflik di Semenanjung Korea. Tapi dia juga mendukung sanksi PBB terhadap Korea Utara.
Dari kasta rendah menggapai kursi presiden
Bulan Juli, pengacara Ram Nath Kovind (71 tahun) dipilih menjadi Presiden India. Sebenarnya jabatan presiden di negara ini hanya jabatan seremonial. Namun pemilihan Kovind cukup sensasional, karena ia berasal dari kasta terendah India, kaum Dalit. Selama ratusan tahun, kaum Dalit mengalami diskriminasi dan dipandang rendah.
Meninggalnya musuh negara nomor 1 di Cina
13 Juli, pejuang hak asasi dan penerima hadiah Nobel Perdamaian dari Cina, Liu Xiaobo, meninggal pada usia 61 Jahren karena menderita kanker. Beberapa minggu sebelumnya, dalam keadaan sakit parah, Liu Xiaobo dipindahkan dari penjara ke rumah sakit atas alasan kesehatan. Sekalipun banyak tawaran dari luar negeri, antara lain Jerman, dia dilarang ke luar negeri untuk perawatan.
Eksodus kaum Rohingya
Akhir Agustus, sekelompok milutan Rohingya menyerang pos tentara di Myanmar. Militer Myanmar melakukan aksi balasan dengan brutal dan membumihanguskan desa-desa. Aksi kekerasan itu mengakibatkan pengungsian besar-besaran ke negara-negara tetangga. Lebih 600.000 etnis Rohingya mengungsi ke Banglasesh pada bulan-bulan berikutnya.
Penguasa Cina
Bulan Oktober, Presiden Cina Xi Jinping dikukuhkan sebagai presiden untuk masa jabatan kedua lima tahun berikutnya dalam Kongres Nasional Partai Komunis Cina (PKC). Selain itu, pemikiran-pemikiran Xi Jinping ditetapkan sebagai acuan resmi dalam Anggaran Dasar PKC.
Peperangan melawan ISIS di Marawi
Selama lima bulan, militer Filipina terlibat pertempuran sengit dengan milisi ISIS yang menguasai kota Marawi di bagian selatan. Akhir Oktiober, militer Filipina akhirnya mendeklarasikan kemenangan. Lebih 1000 orang tewas dalam perang itu. Sekitar 500 ribu penduduk harus mengungsi. Di pihak militan juga bertempur simpatisan ISIS asal Indonesia dan Malaysia. (Teks: Esther Felden/hp/ap)