DW Global Media Forum: “Demokrasi Tidak Jatuh dari Langit”
18 Juni 2024Sebuah panel yang terdiri dari Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, jurnalis pemenang Hadiah Nobel Filipina-AS Maria Ressa, dan jurnalis serta pengusaha media Uganda Scovia Culton Nakamy di Global Media Forum (GMF) tahunan DW di kota Bonn, Jerman, berfokus pada kekuatan demokrasi. Para peserta mendiskusikan proses politik dan sosial apa saja yang diperlukan untuk menjadikan masyarakat dan negara demokrasi lebih tangguh dan bagaimana suara yang beragam bisa menjadi lebih terlihat di seluruh lanskap media.
"Demokrasi tidak jatuh dari langit," kata Baerbock kepada hadirin. "Kita harus melindunginya.”
Ia berbicara tentang bagaimana beberapa aspek masyarakat terbuka yang sebelumnya dianggap remeh, seperti persamaan hak untuk semua gender atau hak aborsi, kini diperdebatkan oleh aktor politik tertentu.
Dia juga berbicara tentang ancaman bagi jurnalis di seluruh dunia. "Ketika kebebasan pers berada di bawah tekanan, kebebasan itu sendiri berada dalam bahaya bagi seluruh warga negara," katanya.
"Ini adalah tahun yang penting bagi demokrasi," Ressa setuju, seraya menggambarkan tahun 2024 sebagai "titik kritis" potensial bagi tatanan internasional berbasis aturan.
"71% negara di dunia saat ini berada di bawah pemerintahan otoriter. (Demokrasi) sedang merosot, peluang kita untuk bertindak sudah tertutup, namun hal tersebut masih tetap ada."
Baerbock, Ressa dan Nakamya, pendiri Her Story Uganda, juga berbicara tentang pelecehan online yang ditujukan khusus pada perempuan.
Baerbock menceritakan bagaimana dia harus menghadapi pelecehan seksual secara online, termasuk gambar palsu, sebelum menjadi menteri luar negeri. Dia mengatakan bahwa dia mengabaikannya karena mengira ini adalah satu-satunya tindakan yang harus dilakukan, namun ketika dia bertemu dengan perempuan terkenal lainnya yang juga menjadi sasaran serupa, dia memahami betapa berbahayanya pelecehan semacam ini.
"Ukuran terhadap hak-hak perempuan merupakan hal yang krusial," jelas Baerbock, seraya menambahkan bahwa jika perempuan berada dalam bahaya, hal ini merupakan pertanda buruk bagi seluruh masyarakat.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Industri media berada di bawah tekanan
Global Media Forum tahun ini yang mempertemukan lebih dari 1.500 pemimpin politik dan media, jurnalis, akademisi dan peserta lain dari seluruh dunia, dimulai pada Senin (17/06) di Pusat Konferensi Dunia di Bonn.
Tema tahun 2024, "Berbagi Solusi,” berpusat pada topik-topik seperti dampak kecerdasan buatan terhadap jurnalisme dan demokrasi, cara melaporkan konflik, cara menjamin keselamatan jurnalis, misinformasi dan cara memberantasnya, serta sensor internet yang bertujuan untuk menekan jurnalisme berkualitas.
"Bahkan di masa-masa sulit sekalipun, optimisme adalah cara yang lebih baik untuk mengatasinya, karena orang yang pesimis biasanya tidak memberikan kontribusi terhadap solusi. Mari berbagi solusi dan ide serta menikmati kebersamaan dengan orang-orang hebat di GMF," kata Direktur Jenderal DW Peter Limbourg saat membuka DW Global Media Forum ke-17.
Dalam pesan video pembukaannya, pemimpin negara bagian Rhine-Westphalia Utara di Jerman, Hendrik Wüst, menekankan peran penting dalam mempromosikan literasi media di era digital.
"Digitalisasi, dengan kemampuan informasi yang berkembang pesat, merupakan peluang sekaligus tantangan,” kata Wüst. "Banyak orang merasa sulit membedakan antara informasi yang benar dan salah, sehingga menyoroti perlunya literasi media.”
Limbourg lebih jauh menekankan dampak ganda AI terhadap media dan pentingnya peran manusia: "Dunia digital tidak hanya mengubah jurnalisme, namun kecerdasan buatan siap untuk lebih mengguncangkannya. Hal ini menghadirkan peluang besar bagi industri kita. Jika kita memanfaatkan teknologi secara etis, menggunakannya sebagai alat pendukung, bukan sebagai pengganti."
Ia melanjutkan, kemajuan sejati tidak dapat dicapai jika mesin saja yang memproduksi konten atau mengatur agenda berita.
"AI dapat membantu, namun keputusan penting dalam jurnalisme harus selalu dibuat oleh manusia," kata Limbourg. "Pengawasan manusia adalah kunci untuk memitigasi misinformasi terkait AI. Sebagai jurnalis, kita harus memanfaatkan AI secara bertanggung jawab untuk menjaga kepercayaan publik, memastikan keakuratan dalam pemberitaan, dan mendukung demokrasi." (rs/gtp)
Laporan tambahan oleh Cathrin Schaer.