Ekonomi Jerman Masih Tetap Berkembang
15 Agustus 2012Produk Domestik Bruto (PDB) bulan April sampai Juni meningkat 0,3 persen dibanding kuartal pertama. Demikian diumumkan Badan Statistik Jerman (14/08). Di awal tahun kenaikannya masih 0,5 persen.
Dengan demikian Jerman masih tetap menjadi motor konjunktur di Eropa. Selama ini perekonomian Jerman hampir tidak merasakan dampak krisis Euro. Namun dalam beberapa bulan mendatang Jerman juga tidak bisa lolos dari guncangan krisis tersebut. Demikian dikatakan kepala bagian ekonomi Commerzbank, Jörg Krämer."Saya pikir itu angka solid yang terakhir jika menyangkut produk domestik bruto Jerman." Indikasi awal sudah terlihat, pesanan tender sejak 12 bulan terakhir menurun dan juga indeks belanja manajer pada industri Jerman merosot tajam. "Pada kuartal ketiga perekonomian akan menurun dibanding kuartal sebelumnya," disampaikan Krämer kepada DW.
Menurut pandangan ketua Pusat Kajian untuk ekonomi mikro dan riset konjunktur Gustav Horn, Jerman mulai menuju masa-masa sulit. Lingkungannya menjadi lebih sulit. "Kami saat ini tidak dapat menutup kemungkinan bahwa Jerman juga, meskipun tidak segera dan tidak dramatis, sedang menuju arah resesi."
Situasi Ekonomi di Eropa Suram
Impuls positif untuk ekonomi Jerman pada kuartal terakhir seperti sudah diduga, datang dari sektor perdagangan luar negeri. Menurut data sementara, ekspor naik lebih besar daripada impor. Di saat bisnis di negara-negara Euro yang dilanda krisis hutang menurun, perusahaan Jerman dapat meningkatkan bisnis di luar Eropa.
Berdasarkan perhitungan Institut Penelitian Ekonomi di München (Ifo), surplus perdagangan Jerman meningkat menjadi 210 milyar dollar AS atau kira-kira 170 milyar Euro. Tidak Cina, Jepang ataupun negara pengekspor minyak lainnya yang juga memiliki nilai ekspor barang dan kapital lebih besar daripada impor, mencapai angka tersebut. Pakar ekonomi juga melihat surplus perdagangan yang ekstrim ini sebagai alasan bagi krisis ekonomi.
Pakar ekonomi Gustav Horn dalam kaitan ini menyebutnya sebagai "kemakmuran semu". Karena kemakmuran ini muncul dari hutang negara-negara lain. "Apa yang dapat menjadi dampaknya, kita alami sekarang secara jelas dalam rangka krisis Euro. Itu bukan keuntungan kemakmuran yang berkelanjutan. Itu ancaman bagi pertumbuhan ekonomi kami secara jangka panjang." Harus segera diupayakan agar konjunktur dalam negeri ditingkatkan. Tingginya keberhasilan dari ekspor harus diimbangi, demikian dikatakan Horn.
Jadi warga Jerman diharap lebih banyak berbelanja, agar permintaan barang misalnya dari negara-negara Eropa Selatan meningkat. Situasi dari kondisi itu akan menguntungkan, karena upah akan meningkat, tingkat inflasi menurun dan pasar tenaga kerja kokoh.Meskipun melemahnya pertumbuhan lapangan tenaga kerja, di Jerman tingkat pengangguran tetap paling rendah dibanding negara-negara di kawasan zona Euro lainnya. Dengan kuota pengangguran Uni Eropa sebesar 5,4 persen, Jerman menempati ranking ketiga setara dengan Luksemburg. Jumlah penganggur lebih sedikit adalah di Belanda dan Austria.
Monika Lohmüller/Dyan Kostermans
Editor: Vidi Legowo-Zipperer