Ekspedisi ke Mars Siap Diluncurkan
Ekspedisi ke Mars sejak lama jadi impian para ilmuwan. Bagaimana kondisi di planet merah itu disimulasikan di Bumi. Semua kemungkinan paling ekstrim harus diuji seoptimal mungkin.
Lanskap Serupa
Di kaldera gunung Mauna Loa di Hawaii, dibuat simulasi bagaimnana hidup di permukaan planet Mars. Ekseprimen dimulai 28 Augustus 2015 selama setahun penuh. Enam relawan akan bermukim di dalam tenda berbentuk kubah. Lanskap di area pegunungan ini amat mirip Mars, tak ada tumbuhan kecuali batuan berwarna merah.
Akomodasi Lengkap
Enam ilmuwan Amerika dan Eropa akn tinggal dalam tenda berdiameter 11 meter ini selama setahun. Dua kali seminggu para ilmuwan akan melakukan simulasi ekspedisi ilmiah, seperti mengumpulkan sampel batuan dengan mengenakan pakaian astronot lengkap. Selebihnya para ilmuwan hanya berdiam di dalam tenda, dan melakukan komunikasi ke dunia luar lewat email atau rekaman suara.
Planet Merah yang Mati
Gunung Mauna Loa menjadi lokasi paling ideal untuk membuat simulasi ekspedisi di Mars. Ilmuwan dari University of Hawaii menyebutkan, kondisi di sana nyaris serupa, baik secara geologis maupun dari habitat flora dan fauna yang terbatas. Dari Mauna Loa Kita juga bisa melihat samudera seperti di Mars.
Ekspedisi Berbahaya
Penerbangan ke Mars perlu waktu 8 bulan sekali jalan. Karena itu para ilmuwan ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk misi ke planet merah di kemudian hari. Diteliti apa dampak penerbangan jangka panjang pada tubuh astronot, juga bagaimana cara terbaik menghadapi isolasi. Ilmuwan memperkirakan, selama penerbangan para astronot akan mengalami depresi dan kelesuan.
Mars 500
Ujicoba Mars 500 yang dilakukan di Moscow pada 2010-2011 mensimulasikan secara komplit misi penebangan ulang-alik ke Mars.Ujicoba berlangsung 520 hari, yang memecahkan rekor riset isolasi terlama. Beberapa orang astronot menunjukan gejala depresi tingkat sedang, akibat siklus siang malam artifisial.
Di Ketinggian Gletsyer
Dalam riset Amadee-15 para ilmuwan melakukan simulasi perjalanan di habitat Mars, di kawasan gletsyer Alpina Austria saat musim panas. Kondisinya disebut mirip permukaan Mars yang dipenuhi pecahan es dan batuan yang amat sulit dilewati. Dalam ujicoba selama dua minggu itu juga dites penggunaan kendaraan "rover" untuk permukaan planet merah itu.
Di Gurun Pasir
Mars Society, sebuah lembaga riset antariksa nirlaba mendirikan tiga stasiun eksplorasi yang kondisinya memiliki analogi dengan kondisi di Mars. Salah satunya adalah Mars Desert Research Station di gurun pasir negara bagian Utah, Amerika Serikat.
Di Kawasan Paling Terisolasi
Planet Mars mati, dingin dan benar-benar terisolasi, mirip Kutub Selatan. Itu sebabnya simulasi bermukim di Mars dilakukan di Concordia Research Station milik gabungan Peracis-Italia di dataran es Antartika. Hidup di sini amat berat, khususnya saat musim dingin yang selamanya gelap. Para ilmuwan hendak meneliti dampaknya pada tubuh manusia.
Di Dasar Laut
Tanpa teknologi tinggi manusia tak akan bisa hidup di Mars. Para peneliti membuat simulasi kondisi ekstrim di planet merah itu dengan ujicoba di dasar laut. Proyek NASA "Extreme Environment Mission Operations" dilakukan di stasiun riset bawah laut Aquarius di lepas pantai Key Largo, Florida. Para peneliti bermukim selama tiga minggu di kedalam 19 meter.
Ujicoba Menyeluruh
Selain melakukan simulasi penerbangan ke Mars, para peneliti juga menyelidiki semua kemungkinan komplikasi dan kesulitan yang akan muncul setelah mendarat di planet itu. Envihab yang merupakan fasilitas riset medis di Pusat Antariksa Jerman kini meneliti dampak kondisi hidup di planet asing terhadap tubuh manusia.
Membudidayakan Tanaman Pangan
Tak ada tanaman yang bisa tumbuh di permukaan Mars. Bagaimana astronot bisa makan? Para peneliti di Envihab melakukan experimen dengan sejumlah tanaman, untuk meneliti kemampuannya tumbuh dalam lingkungan artifisial. Tomat misalnya, terbukti ketangguhannya, dan bisa tumbuh dalam kondisi ekstrim itu.