FARC: Separuh Abad Memanggul Senjata
Selama limapuluh tahun gerilayawan komunis Kolombia bertempur melawan pemerintah dan milisi bersenjata bentukan kartel narkoba. Kini perang saudara tersebut berakhir di meja perundingan.
Nyawa Berbayar Nyawa
Perang saudara di Kolombia berawal tahun 1948, ketika pembunuhan terhadap pemimpin kaum kiri Jorge Eliecer Gaitan memicu konflik berdarah antara kaum liberal dan konservatif. Akibatnya lebih dari 200.000 orang tewas selama sepuluh tahun. Ketika militer pemerintah mulai menyerang fraksi komunis di seluruh negeri tahun 1964an, mereka bersatu membentuk Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC
Melawan Oligarki dan Tuan Tanah
Kendati berhaluan komunis, FARC tidak memiliki ideologi politik yang baku. Awalnya mereka ingin melucuti kekuasaan kaum Oligarki. Lalu pasukan pemberontak itu menuntut reformasi tanah. FARC tidak cuma bertempur melawan militer, melainkan juga milisi sayap kanan yang dibentuk bandar narkotika semisal United Self Defense Force, AUC.
Dosa Politik
FARC mulai kehilangan dukungan penduduk setelah banyak melakukan penculikan untuk memanen uang tebusan. Kelompok yang berkekuatan hingga 10.000 pasukan itu juga dituding banyak melatih serdadu anak, menyebar ranjau darat yang membunuh warga sipil, menindas suku lokal dan aktif dalam perdagangan narkotika.
Perang Narkoba
Perang melawan separatisme di Kolombia perlahan berubah menjadi perang narkoba. Pergeseran konflik mengundang campur tangan Amerika Serikat yang berkepentingan mencegah penyeludupan narkoba dari Amerika Selatan. Washington lalu meluncurkan program bantuan bernama Plan Colombia yang menjamin kucuran dana milyaran Dollar AS buat membantu militer Kolombia memerangi FARC dan kartel narkotika.
Berjuta Derita
Perang sudara paling lama di Amerika Selatan ini bertanggungjawab atas kematian sedikitnya 220.000 orang dan jutaan pengungsi. Menurut data pemerintah Kolombia, korban perang saudara yang bersifat langsung atau tidak langsung mencapai 7,6 juta orang. Kolombia saat ini mencatat korban ranjau terbesar di dunia setelah Afghanistan
Negosiasi Tanpa Henti
Perundingan damai antara FARC dan pemerintah pada pertengahan 80an menemui jalan buntu setelah 3000 kader partai politiknya dibunuh oleh milisi sayap kanan. Tahun 2002 negosiasi kembali gagal menyusul aksi para pemberontak membajak pesawat untuk menculik seorang senator. Upaya terakhir yang dimulai tahun 2012 di Havana akhirnya berujung perjanjian damai pada Agustus 2016.
Demobilisasi Gerilayawan
"Kami sudah mencapai perjanjian final," untuk mengakhiri konflik dan menciptakan perdamaian yang stabil, kata Presiden Juan Manuel Santos. Juni silam kedua pihak menyepakati peta jalan damai yang antara lain mencantumkan demobilisasi dan resosialisasi 8000 gerilayawan FARC.