Fase Terakhir KTT Iklim di Durban Berjalan Alot
10 Desember 2011Menteri Perlindungan Alam Jerman, Norbert Röttgen mengutarakan Sabtu pagi (10/12) bahwa kompromi masih dapat dicapai pada KTT IKlim PBB yang ke-17 di Durban, meskipun kesepakatan terkait saat ini seharusnya sudah rampung. KTT Iklim ini diperpanjang akibat tidak ditemukannya kesepakatan bagi pernyataan akhir dan sengketa mengenai apakah negara dengan emisi CO2 yang terbesar mau menyetujui road map bagi perjanjian iklim global yang selambatnya telah disepakati tahun 2015. Delegasi Jerman dilaporkan melakukan perundingan hingga pukul lima pagi.
India, Cina dan Amerika Serikat tidak mengubah sikapnya, ujar Röttgen. Negara tersebut tetap akan menghalangi hasil akhir yang membidik target "dua derajat", artinya kenaikan suhu bumi tidak boleh lebih dari dua derajat Celcius. Afrika Selatan yang memimpin KTT di Durban mengajukan usulan kompromi baru. Usulan ini memungkinkan Uni Eropa untuk memperpanjang Protokol Kyoto selama lima tahun, sehingga tidak berakhir tahun 2012 melainkan 2017. Menurut rencana Uni Eropa, negara anggotanya diwajibkan untuk terus mengurangi emisinya.
Harapan lolosnya "kompromi mini"
Untuk itu UE menuntut imbalan, yaitu kesepakatan iklim yang mencantumkan bahwa ke depan negara-negara ambang industri, misalnya Cina, India, Brasil dan Afrika Selatan mengurangi emisinya. Sementara dalam Protokol Kyoto tidak dicantumkan kewajiban-kewajiban negara-negara tersebut. Dan dokumen kompromi Afrika Selatan menyebutkan, kesepakatan baru yang meluas harus dirundingkan dan diberlakukan lebih dini dari rencana semula. Norbert Röttgen: "Kesepakatan ini telah diperbaiki dan tidak lagi bertitik tolak pada proses pasca 2020 melainkan sudah disepakati pada tahun 2015. Keterikatan dokumen ini lebih terjamin dan diinginkan akan menjadi sebuah protokol."
Hingga kini India, Cina dan AS ingin agar kesepakatan diberlakukan secepatnya tahun 2020. Bagi UE ini terlalu lambat dan sejumlah negara berkembang khawatir, rencana pembatasan pemanasan iklim sebanyak dua derajat akan tertunda. Yang pasti, pada KTT Iklim di Durban ini tidak akan dirumuskan kewajiban baru yang nyata menyangkut emisi dari negara-negara yang memblokir perlindungan iklim. Seandainya mereka menerima dokumen kompromi Afrika Selatan, ini hanya berarti bahwa mereka menyetujui sebuah roadmap yang tidak mengikat sampai disahkannya kesepakatan baru tahun 2015. Norbert Röttgen menyebut nama negara-negara yang memblokir pada KTT dan ingin meyakinkan mereka untuk setidaknya menerima yang disebutnya "kompromi mini": "Mereka adalah negara pengemisi besar, yaitu AS, Cina dan juga India, tak pelak lagi."
Ancaman terjebak dalam proses penundaan
Walaupun seandainya negara-negara tersebut menyetujui kompromi itu, Kate Horner dari kelompok perlindungan alam AS Friends of the Earth, masih tidak puas: "Bahaya sangat serius mengancam kita akibat kesepakatan yang ambisinya sangat rendah. Kita terancam terjebak dalam proses yang akan menunda aksi sampai sepuluh tahun. Kita akhirnya mungkin akan mendapat sistem yang lebih lemah ketimbang yang ada saat ini."
Bagi Kate Horner, yang bertanggung jawab atas kelambanan pada upaya perlindungan iklim global adalah Amerika Serikat. Sabtu pagi ini sidang pleno KTT Iklim dilanjutkan dan diharapkan akan dapat ditemukan kesepakatan. Semua rancangan-rancangan sebelumnya ditolak dan jadwal-jadwal terkait ditunda atau dibatalkan. Menteri Lingkungan Jerman, Norbert Röttgen memperingatkan, waktu untuk menemukan kesepakatan kini sudah sangat mendesak dan sangat terlambat.
Christa Saloh/dpa/epd/ape
Editor: Carissa Paramita