Festival Keagamaan di India Picu Peningkatan Kasus COVID-19
16 April 2021Kasus infeksi virus corona di India meningkat secara eksponensial, lebih dari 200.000 kasus baru bertambah selama 24 jam terakhir. Para ahli mengatakan tren mengerikan ini dapat ditelusuri melalui dua faktor, yakni mutasi yang sangat ganas dari virus asli dan lemahnya kontrol pemerintah dalam hal pembatasan kegiatan guna memperlambat penyebaran infeksi.
India juga tengah berjuang mengatasi kekurangan vaksin. Sejauh ini hanya 114 juta dosis vaksin yang tersedia untuk populasi lebih dari 1 miliar penduduk.
Saat ini Perdana Menteri Narendra Modi telah memerintahkan Institut Serum untuk berhenti mengekspor dosis vaksin, guna memvaksinasi orang India terlebih dahulu.
Negara bagian Maharashtra dan ibukotanya, Mumbai, dan New Delhi, termasuk di antara segelintir daerah yang telah memberlakukan pembatasan baru. Sebagian pejabat pemerintahan menolak memberlakukan kembali pembatasan karena faktor ekonomi. Akibatnya, masyarakat berbondong-bondong menghadiri acara olahraga, politik, dan, keagamaan.
Festival Hindu di tengah gelombang kedua COVID-19
Festival keagamaan Kumbh Mela di utara kota Haridwar dikunjungi oleh 5 juta peziarah Hindu yang datang dari berbagai daerah di India. Sebagian besar yang datang ke acara itu tidak mengenakan masker.
Penyelenggara festival Siddharth Chakrapani mengatakan kepada kantor berita AFP, "keyakinan kami adalah hal terbesar bagi kami. Karena keyakinan yang kuat, banyak orang datang ke sini untuk berendam di Gangga. Mereka percaya bahwa Maa (ibu) Gangga akan menyelamatkan mereka dari pandemi ini."
Pejabat di Haridwar mengatakan bahwa pada hari Senin (12/04) dan Selasa (13/04) saja mereka mendeteksi hampir 2.000 kasus infeksi menjangkiti peserta festival tersebut.
"Orang-orang tidak mengikuti pedoman COVID. Mereka ceroboh," kata Suresh Kumar dari Rumah Sakit LNJP kepada AFP.
Varian baru membebani rumah sakit
Dampak dari kurangnya dosis vaksin di India diperburuk oleh mutasi varian baru virus corona yang melanda kelompok usia muda. "Kami juga melihat anak-anak di bawah usia 12 dan 15 tahun dirawat dengan gejala, pada saat gelombang kedua. Tahun lalu, praktis tidak ada anak-anak yang menunjukkan gejala," kata Khusrav Bajan, konsultan di Rumah Sakit Nasional PD Hinduja Mumbai, kepada AFP.
Para dokter di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) yang berbasis di New Delhi mengatakan bahwa pasien yang terinfeksi corona tahun lalu kemungkinan dapat menginfeksi hingga 4 dari 10 orang yang melakukan kontak dengan mereka. Di negara bagian Punjab utara, 81% pasien yang dirawat di rumah sakit terinfeksi varian Inggris.
"Virus ini lebih menular dan lebih ganas," kata Dhiren Gupta, seorang dokter senior di Rumah Sakit Sir Ganga Ram di New Delhi, kepada kantor berita Reuters.
Data terbaru pada hari Jumat (16/04) menunjukkan India melaporkan peningkatan infeksi mencapai 217.353 kasus, selama 24 jam terakhir. Total kasus aktif hampir 14,3 juta, sementara kasus kematian akibat COVID-19 naik 1.185 menjadi 174.308.
ha/hp (AFP, Reuters)