Festival Melawan Rasisme di Universitas Jerman
30 Mei 2013Teks yang sulit dimengerti, formulasi yang rumit dan kesulitan besar mendapat kerja sampingan. Semua itu dikenal baik oleh Azzeddine Echcharif. Mahasiswa kelahiran Maroko itu kuliah hukum di Universitas Münster dan berjuang melewati semua hambatan. "Jika mulai menempuh kuliah di Jerman, orang harus siap menerima tantangan," jelasnya. Karena itu tidak begitu mudah, Azzeddine membantu rekan-rekan mahasiswa asing lainnya sebisa mungkin.
Mula-mula istilah ilmiah untuk kuliah yang ditempuhnya. "Itu hambatan bagi hampir semua mahasiswa asing, juga meskipun dalam kehidupan sehari-hari kemampuan bahasanya cukup." Pemahaman istilah ilmiah adalah penting agar bisa lulus "Klausur" atau ujian. Karena "Ausländeramt" (Badan Urusan Orang Asing) meminta bukti hasil ujian sebagai syarat memperpanjang visa, selain menunjukkan bukti sumber finansial dan mengisi banyak formulir.
"Ini semua menyebabkan mahasiswa asing sering butuh semester lebih banyak untuk menyelesaikan kuliah, dibandingkan mahasiswa Jerman," jelas Azzedine. Sehari-hari banyak mahasiswa mengalami diskriminasi. Pemilik apartemen tidak ingin penyewa orang asing, di trem penumpang lain sengaja menghindar dan di Cafe sering terdengar omongan tidak enak. Untuk mengangkat masalah mahasiswa asing, hal yang sering tidak diketahui oleh rekan mahasiswa Jermannya, digelar Festival "Contre le Racisme" (Festival melawan Rasisme).
Acara yang digagas di Perancis ini, sudah digelar di Jerman sejak 10 tahun. Tahun 2013 Festival melawan Rasisme, digelar 3-14 Juni di berbagai kota universitas di Jerman. Antara lain di Universitas Passau, Dresden dan Heidelberg.
Kuliah Juga Bagi Pengungsi
Di Heidelberg misalnya, mahasiswa terutama ingin menyoroti politik suaka Jerman dan masalah yang ditimbulkan karenanya. "Di Jerman, pemohon suaka tidak boleh kuliah di universitas mana pun, juga walaupun mereka berkualifikasi untuk itu," kritik Carolin Ott yang mengorganisir festival di Heidelberg.
Masalah besar juga dihadapi mahasiswa asing jika kuliahnya selesai, ditekankan Carolin. Kebanyakan tidak bisa tinggal, melainkan harus langsung meninggalkan Jerman karena visa mereka hanya untuk tujuan kuliah.
Bersama Meraih Lebih Banyak
"Dengan tema-tema serius tersebut, Festival yang kami gelar jauh berbeda dari festival budaya lainnya." Ditekankan Erik Marquardt, organisator festival yang studi jurusan kimia di Berlin.Tapi festival mahasiswa itu juga menawarkan pertunjukan teater, workshop, konser, podium diskusi, pameran bahkan pertandingan sepak bola.
Karena gagasan Festival Contre le Racisme berasal dari kampanye perhimpunan mahasiswa Perancis UNEF, organisator festival di Jerman juga saling bertukar pikiran dengan rekannya dan mengunjungi acara festival yang digelar di Perancis.
Azzedine Echcharif melihat festival itu sebagai peluang besar mencapai perubahan dalam masyarakat, tidak hanya menyangkut mahasiswa asing. "Sejauh ini festival kami adalah plattform yang bagus untuk pendekatan, pengertian dan toleransi."