Filipina Lanjutkan Gempuran terhadap Militan
26 Juni 2017Militer Filipina kembali meluncurkan intervensi militer terhadap militan yang beraliansi dengan organisasi teror yang menamakan diri Islamic State (ISIS) di kawasan kota Marawi, Filipina Selatan. Serangan terhadap militan dihentikan sementara akhir pekan lalu. Penghentian serangan yang bermotif kemanusiaan itu berkaitan dengan perayaan Idul Fitri hari Minggu.
"Operasi militer kini dimulai kembali dan akan terus berlangsung supaya kami bisa membebaskan kota Marawi secepat mungkin," demikian dikatakan juru bicara militer, Letnan Kolonel Jo-ar Herrera. Ia menambahkan militer Filipina beroperasi secara terkonsentrasi dan akan menyelesaikan misi.
Pihak pemerintah Filipina memperkirakan, aksi kebangkitan militan Islam itu mulai melemah setelah beberapa pemimpinnya melarikan diri dari kawasan itu, termasuk Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok militan Abu Sayyaf.
Baca juga: Teroris di Marawi Persiapkan Perang Jangka Panjang
Juru bicara militer Herrera mengatakan, selain masalah kepemimpinan, kaum militan mulai kekurangan amunisi. Ruang gerak mereka semakin sempit, dan posisi pertahanan mereka juga semakin berkurang.
Aksi kaum militan meletus Mei lalu, setelah sebuah razia yang dilaksanakan militer Filipina untuk menangkap Hapilon gagal. Setelah razia, kelompok Maute, yang berafiliasi dengan ISIS meluncurkan serangan ke Marawi.
Baca juga: Siapa Farhana Maute, Ibu yang Menebus Dendam Keluarga di Marawi?
Masalah Kemanusiaan
Serangan kaum militan menyebabkan Presiden Rodrigu Duterte menetapkan hukum darurat militer di kepulauan selatan Mindanao. Sejumlah organisasi kemanusiaan mengkritik langkah Duterte, dan mengatakan darurat militer bisa menyulut penyalahgunaan kekuasaan lebih luas lagi oleh militer.
Hukum darurat militer yang ditetapkan Duterte bisa menyulut penyalahgunaan di Mindanao yang bisa menyerupai 'perang terhadap narkoba' berjalan di kota-kota besar. Demikian dikatakan Phelim Kine, wakil kepala bagian Asia pada organisasi Human Rights Watch. Setelah jadi presiden Juni tahun lalu, Duterte meluncurkan kampanye brutal terhadap tersangka penjual narkoba, penyalur serta penggunanya. Diperkirakan sejauh ini lebih dari 7.000 orang tewas.
Di kawasan selatan Filipina, konflik yang disulut militan Islam dan pertempuran dengan tentara pemerintah sudah berlangsung sekitar sebulan. Akibatnya, sejauh ini sudah lebih dari 380 orang tewas, dan lebih dari 300.000 orang mengungsi.
ml/hp (dpa, afp)