Hamburger McDonald's Picu Perdebatan di Italia
23 Mei 2011Papan iklan di Roma didominasi gambar close-up hamburger dengan bentuk negara Italia terpanggang di rotinya. Invasi iklan di jalanan menjadi bagian kampanye produk-produk lokal yang digunakan untuk membuat hamburger terbaru McDonald's di Italia. Namanya: McItaly.
Menteri pertanian Italia Luca Zaia berbicara di televisi nasional mempromosikan McItaly sebagai duta besar cita rasa Italia. Semua produk yang digunakan, mulai dari daging sapi, keju Asiago hingga saus artichok, tersertifikasi sebagai asli Italia. McItaly diprediksi meningkatkan pendapatan para petani Italia sebesar 3,5 juta Euro perbulan.
Penghinaan terhadap Masakan Italia?
Namun sejak McItaly mulai dijual awal tahun 2011 ini, burger tersebut tidak hanya berhasil mengundang selera makan. McItaly juga banyak mengundang kontroversi.
Silvio Barbero, ketua gerakan internasional Slow Food yang dibentuk tahun 1986 untuk mempromosikan produk lokal, menjelaskan mengapa Slow Food menulis editorial di koran Italia yang mengutuk McItaly. "Dari segi budaya, sebuah kesalahan besar untuk mengajak perusahaan multinasional mempromosikan cita rasa Italia. Selera Italia sifatnya regional, sedangkan burger itu generik. Dari segi ekonomi, memang McDonald's bayar berapa untuk produk-produk petani Italia? Saya curiga sangat sedikit. Tapi mereka tidak mau bilang. Kecil. Produsen lokal sama sekali tidak terbantu."
Pendiri gerakan Slow Food, Carlo Petrini, menuding pemerintah Italia merendahkan masakan Italia. Menurutnya, upaya mengglobalisir cita rasa lokal tidak sama dengan mempromosikan, namun justru menstandarisasi dan membuat cita rasa lokal menjadi homogen.
Bukan Saingan
Di sebuah cabang McDonald's, pelanggan mengantre untuk mencoba burger yang kontroversial tersebut. McItaly di bungkus dengan kemasan yang dilengkapi cap sertifikasi Kementerian Pertanian Italia. Dan McDonald's berhasil menjual sekitar 100 ribu McItaly dalam hitungan minggu. Jaringan restoran siap saji tersebut bahkan berencana memperkenalkan satu burger baru lagi tahun ini, berisi daging babi dan bawang.
Keputusan ini tentu tidak akan membahagiakan orang-orang di Slow Food. Tapi ada juga orang yang menilai langkah McDonald's bisa berpengaruh positif. Salah satunya kritikus makanan ternama Italia, Alfredo Antonaros. "Sangatlah penting untuk memiliki perdebatan ini," ujar Alfredo Antonaros.
Antonaros mengangkat fakta bahwa sebuah perusahaan multinasional menunjukkan kesadaran akan pentingnya menggunakan produk lokal saja sudah bagus. Sebuah langkah kecil namun penting. Lebih lanjut menurutnya, kalaupun rasa McItaly enak, peluang untuk menjatuhkan hidangan Italia sangatlah kecil.
Konsep dan Cita Rasa Lokal
McDonald's memang kerap menyesuaikan menu dengan cita rasa lokal. Di Vermont, Amerika, McDonald's menyediakan sirup maple dengan menu sarapan tepung havermot. Sebagai produsen sirup maple terbesar di Amerika, gubernur Vermont mengharuskan McDonald's menggunakan sirup maple lokal.
McDonald's di Norwegia menawarkan burger berisi ikan salmon yang menjadi kegemaran warga. Namanya McLaks. Di India, tidak ada Big Mac karena orang Hindu tidak makan daging sapi. Adanya Maharaja Mac berisi daging ayam atau kambing. Di Indonesia, produk yang paling laku adalah PaNas atau paket nasi. Jarang-jarang McDonald's menjual ayam goreng atau spaghetti seperti di Indonesia.
Konsep restoran juga kerap diubah. Bahkan di Hong Kong, pasangan muda bisa menikah di McDonald's. Di hari Valentine Februari lalu, cabang McDonald's di pusat kota dihiasi balon pink. Paket pernikahan termasuk undangan, cinderamata, dan dekorasi ditawarkan seharga 9999 Dolar Hong Kong. McDonald's juga menyewakan gaun pengantin perempuan.
Di Perancis, McDonald's membuka bar salad pertama. Konsep mereka di hampir 1200 cabang adalah ‘Selamat tinggal burger, halo bio.' Seluruh produk dalam menu harus menyehatkan. Dekorasi McDonald's Perancis pun didominasi gambar sayur mayur di dinding, penerangan dibuat temaram, musik yang diputar jazz. Konsep ini disambut baik warga Perancis.
Nasib itikad baik McDonald's di Italia pada akhirnya akan ditentukan oleh para pelanggan. Mungkin juga berakhir seperti McRendang yang diperkenalkan di Indonesia beberapa tahun lalu, yang hanya mampu bertahan untuk beberapa bulan. Bukti nyata bahwa menyaingi cita rasa lokal bukanlah tugas yang mudah.
Megan Williams/rtr/dpa/Carissa Paramita
Editor: Luky Setyarini