Hegemoni Turki dan Kerikil Bernama Suriah
24 Desember 2012Para diplomat Turki hanya bisa menggeleng kepala jika melihat perkembangan konflik di Suriah yang sudah berlangsung hampir dua tahun. Seorang pejabat tinggi di Ankara menerangkan, Suriah sampai sekarang masih belum memahami pertanda zaman. Bahkan Rusia sekarang perlahan-lahan mulai menjauhkan diri dari Suriah.
Pemerintah Turki merasa cukup yakin bahwa rejim Assad akan berakhir. Tapi kemungkinan Turki untuk mempengaruhi perkembangan di negara tetangganya itu sangat terbatas. Ini ditunjukkan oleh berbagai peristiwa selama beberapa bulan terakhir.
Tuntutan Turki agar diberlakukan zona larangan terbang di Suriah Utara tidak terpenuhi. Turki juga tidak berhasil menyatukan berbagai kelompok oposisi yang berada di teritorialnya.
Tembakan Artileri dan Roket Patriot
Turki yang punya perbatasan darat sepanjang 900 kilometer dengan Suriah memang mengalami kesulitan akibat perang saudara di negara tetangganya. Sampai sekarang ada sekitar 200.000 pengungsi Suriah di Turki. Sekitar 140.000 pengungsi ditampung di kamp-kamp pengungsi sepanjang perbatasan. Sedangkan 50.000 pengungsi lain hidup di luar kamp pengungsi dengan kerabatnya di Suriah atau mereka menyewa rumah sendiri.
Tembakan artileri beberapa kali menyasar ke Turki. Bulan Oktober lalu, lima warga sipil tewas terkena tembakan artileri. Beberapa bulan sebelumnya, dua pilot pesawat pengintai Turki tewas, setelah pesawat mereka ditembak jatuh di atas Laut Tengah.
Tapi mitra-mitra Turki yang bergabung di NATO mendesak agar negara itu menahan diri. Ancaman pemerintah Turki untuk menjawab provokasi Suriah dengan aksi militer membuat NATO khawatir konflik ini bisa meruncing dan terjadi eskalasi yang tidak bisa dikendalikan lagi.
NATO bersedia membantu Turki dengan mengirim roket penangkal rudal Patriot, antara lain dari Jerman, namun menegaskan bahwa sistem persenjataan itu hanya digunakan untuk tujuan pertahanan. Patriot bertujuan melindungi Turki dari serangan roket.
Peran AS tetap Penting
Amerika Serikat adalah mitra utama Turki di NATO. Sikap Amerika Serikat menjadi penting dalam konflik Suriah. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dan Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu ingin membentuk Turki menjadi kekuatan regional baru di kawasan itu. Namun mereka sadar, kekuatan politik dan militer Turki berkaitan erat dengan hubungan baiknya dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.
Karena itu, mereka sangat menjaga hubungan dengan Amerika Serikat. Itu sebabnya pemerintah Turki menerima kenyataan, bahwa permintaannya untuk penerapan zona larangan terbang di Suriah ditolak oleh NATO. Negara-negara Barat juga menolak melakukan intervensi militer ke Suriah.
Juga di kalangan masyarakat Turki sendiri tidak ada dukungan luas untuk melakukan intervensi militer ke Suriah. Jajak pendapat aktual menunjukkan, mayoritas warga Turki menolak campur tangan di Suriah. Tahun 2014 dan 2015 di Turki akan berlangsung permilihan komunal, pemilihan presiden dan pemilihan parlemen. Jadi pandangan publik penting untuk diperhatikan oleh pemerintah saat ini.
Oposisi Suriah Pindahkan Pusat Gerakan
Turki kurang beruntung dalam upaya menyatukan berbagai kelompok oposisi Suriah yang terpecah belah. Sejak pertengahan 2011, kelompok eksil Suriah memang membentuk organisasi di Turki, tapi mereka tetap berbeda pendapat. Pimpinan organisasi payung, yaitu Dewan Nasional Suriah, sudah diganti, namun tetap tidak membawa perubahan. Situasinya membaik setelah dilaksanakan konferensi di Katar. Sekarang terbentuk Koalisi Nasional Suriah dengan kantor pusat di Mesir.
Juga di tahun 2013 konflik di Suriah akan menjadi tema penting bagi politik luar negeri Turki. Fokus utama yang akan mengemuka adalah bagaimana bentuk dan perkembangan Suriah setelah era kekuasaan Assad berakhir. Sebagai negara yang banyak mengekspor barang, Turki ingin agar Suriah secepatnya kembali ke situasi yang aman dan tertib.
Jika Suriah menjadi negara yang gagal atau muncul rejim islamis yang radikal, ini akan menjadi skenario buruk bagi Turki. Jadi yang penting untuk tahun 2013 adalah, bagaimana menghindari skenario ini. Pengalaman tahun 2012 menunjukkan, Turki tidak dapat melakukan itu sendirian.