Hujan Bintang Jelang Natal
Para Astronom dalam beberapa hari terakhir terus memantau "hujan bintang" di langit. Ratusan "geminid" alias bintang berekor memenuhi angkasa jelang Natal tahun ini.
Langit Penuh Bintang Jatuh
Di belahan utara Bumi, saat musim dingin malam hari lebih panjang dari siang. Artinya bisa lebih lama mengamati bintang jatuh di angkasa. Menjelang Natal tahun 2016 aktivitas bintang jatuh mencapai puncaknya.
Bisa Dilihat Mata Telanjang
Jika langit tak berawan fenomena Geminid ini bisa dilihat dengan mata telanjang. Paling ideal jika mengamati langit di kawasan pedesaan yang gelap dan jauh dari kota besar yang penuh polusi cahaya. Saat ini setiap jam 120 meteorit melintasi atmosfir Bumi.
Demam Bintang Jatuh
Geminid berasal dari nama bintang dalam Astrologi, Gemini yang artinya kembar. Hujan meteorit sebetulnya tidak hanya kerap terjadi di musim dingin, tapi juga di musim panas. Fenomena aktivitas puncak tahun ini, memicu demam "mengamati bintang jatuh" di kalangan astronom profi ataupun pehobby astronomi.
Berasal dari Rasi Perseus
Hujan meteorit ini disebut Perseid yang mengacu pada rasi bintang Perseus yang memilki pendar cahaya atau radiant. Tapi sebetulnya fenomena "hujang bintang jatuh" ini berasal dari Komet 109P/Swift-Tuttle. Jalur orbit Bumi berpapasan dengan ekor Komet ini setiap tanggal 12 Agustus yang memicu fenomena "hujan bintang".
Memburu Bintang Jatuh
Saat Bumi memasuki jejak debu kosmik ini, terjadi hujan partikel ke atmosfir Bumi dengan kecepatan hingga 60 km/detik. Gesekan membuat partikel yang kadang hanya seukuran kuku jari ini membara dengan suhu lebih 3000 derajat Celsius. Inilah yang terlihat dari Bumi sebagai hujan bintang jatuh.
Ungkapkan Harapan Anda
Tradisi lama di Eropa jika melihat "bintang jatuh" adalah, tutup mata sejenak dan ungkapkan harapan Anda. Tapi jangan ungkapkan keinginan Anda itu pada orang lain, karena dipercaya harapan Anda tidak akan terwujud. Penulis:Hannah Fuchs (as/yf)