1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

IAEA: Kembalinya Jerman ke Energi Nuklir adalah Logis

15 November 2024

Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengatakan adalah "rasional" bagi Jerman untuk kembali ke energi nuklir meskipun penghentian bertahap negara itu telah selesai pada 2023.

https://p.dw.com/p/4mzRB
Pembangkit listrik tenaga nuklir Isar 2 Jerman
Pembangkit listrik tenaga nuklir Isar 2 Jerman adalah salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir terakhir yang ditutup pada 2023Foto: Wolfgang Maria Weber/IMAGO

Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dalam sebuah wawancara pada Rabu (13/11) malam mengatakan, adalah "rasional" bagi Jerman untuk kembali ke energi nuklir, meskipun penghentian bertahap negara itu telah tuntas pada tahun 2023.

"Saya pikir itu logis. Itu posisi yang rasional," kata Rafael Grossi kepada kantor berita Jerman DPA. Ia mencatat, Jerman adalah satu-satunya negara di dunia yang telah sepenuhnya menghentikan penggunaan energi nuklir.

Berbicara di Konferensi Iklim PBB COP29 di Baku, Azerbaijan, Grossi menambahkan: "Anda mungkin bertanya-tanya: Mengapa seluruh dunia melihat hal-hal secara berbeda... Saya menghormati politik Jerman, dan Anda sedang melalui fase yang sangat rumit, jadi kita lihat saja nanti."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Ia mengatakan tidak terkejut dengan adanya perdebatan baru tentang kembali ke penggunaan energi nuklir, karena pembangkit listrik tenaga nuklir hampir tidak menghasilkan gas rumah kaca.

"Inilah sebabnya negara-negara yang punya pembangkit listrik tenaga nuklir-PLTN ingin lebih banyak menggunakan tenaga nuklir," katanya. "Banyak negara yang tidak memiliki tenaga nuklir menginginkan PLTNr."

Namun, Grossi menekankan, Jerman pertama-tama perlu melakukan penilaian ketat tentang apakah dan bagaimana pembangkit listriknya dapat dihidupkan kembali.

Mengapa Jerman berhenti pakai tenaga nuklir?

Jerman telah memiliki gerakan antienergi atom hampir sejak pembangkit listrik tenaga nuklir komersial pertama negara itu mulai beroperasi pada tahun 1969.

Bencana nuklir seperti yang terjadi di Chernobyl pada tahun 1986 dan Fukushima pada tahun 2011 telah memicu seruan untuk menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir di negara tersebut. 

Menghadapi penentangan keras terhadap energi nuklir setelah bencana tahun 2011 di Jepang, mantan Kanselir Angela Merkel memulai penghentian total pembangkit listrik tenaga atom di Jerman.

Sebelum proses tersebut dimulai, energi nuklir menyumbang sekitar 13,3% dari pasokan energi di Jerman. Beralih dari nuklir dan semakin bergantung pada gas Rusia yang murah memicu krisis energi di Jerman setelah invasi Ukraina tahun 2022 dan sanksi berikutnya terhadap perusahaan bahan bakar Rusia.

Merkel, seorang konservatif dari Uni Demokratik Kristen (CDU), memulai penghentian bertahap energi nuklir. Namun, minggu lalu, kelompok CDU di Bundestag mengkritik koalisi kiri-tengah saat ini karena tidak menyetop penghentian bertahap pada tahun 2022 dan 2023.

Menurut artikel tahun 2024 di Jurnal Internasional Energi Berkelanjutan, Jerman dapat menghemat ratusan miliar euro dan mengurangi emisi karbonnya hingga 70% dengan merangkul energi nuklir, alih-alih menolaknya.

ae/ (dpa, DW sources)